Sukses

Uni Eropa Khawatir Kemenangan Boris Johson Mempersulit Pembahasan Brexit

Pemimpin baru Uni Eropa, Ursula von der Leyen, menyebutkan kemenangan Boris Johnson akan mempersulit pembahasan isu Brexit.

Liputan6.com, Brussels - Pemimpin Uni Eropa terpilih, Ursula von der Leyen, memperingatkan bahwa kemenangan Boris Johnson di Parlemen Inggris bisa memicu "masa-masa sulit" dalam negosiasi ulang Brexit.

Von der Leyen, seorang konservatif Jerman yang akan memimpin Uni Eropa pada November nanti, mengatakan bahwa semua pihak memiliki "tugas untuk memberikan sesuatu yang baik bagi orang-orang di Eropa dan Inggris".

Tetapi, dalam sebuah pernyataan lain, von der Leyen juga memperingatkan akan ada "masa-masa sulit" antara Uni Eropa dan Johnson, menyusul janji sang mantan wali kota London itu menegosiasikan kembali Brexit, atau meneruskan ancaman pendahulunya, Theresa May, untuk pergi tanpa kesepakatan pada 31 Oktober mendatang.

Komentar von der Leyen datang hanya beberapa jam setelah Johnson dikukuhkan sebagai pemimpin baru Partai Konservatif yang berkuasa di Inggris, sekaligus calon penerus May.

Ia mengalahkan saingannya, Menteri Luar Negeri Jeremy Hunt, dalam pemungutan suara pasca-kontes kepemimpinan yang panjang.

Boris Johnson memenangkan suara lebih dari 92.000 anggota Partai Konservatif, hampir dua kali lebih banyak dari Hunt.

Sementara itu, Theresa May akan meninggalkan jabatannya sebagai perdana menteri pada Rabu ini, setelah pergi ke Istana Buckingham untuk menemui Ratu Elizabeth II, yang kemudian akan secara resmi menunjuk Johnson sebagai perdana menteri.

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 3 halaman

Uni Eropa Tak Akan Setuju Ubah Kesepakatan Brexit

Beberapa menit sebelum kemenangan Boris Johnson diumumkan oleh Partai Konservatif, wakil ketua Komisi Eropa Frans Timmermans --yang akan menjabat posisi sama di bawah von der Leyen-- mengatakan Uni Eropa tidak akan setuju untuk mengubah kesepakatan Brexit.

"Britania Raya mencapai kesepakatan dengan Uni Eropa, dan Uni Eropa akan tetap berpegang pada perjanjian itu," kata Timmermans kepada wartawan pada konferensi pers di Brussels.

"Ini adalah kesepakatan terbaik," tambahnya.

Kesepakatan Brexit disegel setelah berbulan-bulan negosiasi yang sulit antara London dan Brussels, di mana terjadi penolakan tiga kali oleh Parlemen Inggris, sehingga mendorong Theresa May mengundurkan diri.

Uni Eropa sedang bersiap-siap untuk Brexit tanpa kesepakatan, atau penundaan lain untuk kepergian Inggris, di tengah janji Johnson untuk menindaklanjuti janji kampanyenya.

"Brexit tanpa kesepakatan, Brexit yang keras, akan menjadi tragedi untuk semua pihak, bukan hanya untuk Inggris," kata Timmermans. "Kita semua akan menderita jika itu terjadi."

 

3 dari 3 halaman

Irish Backstop Masih Jadi Batu Sandungan

Sementara itu, Boris Johnson disebut ingin membatalkan "Irish backstop", yakni polis asuransi tertulis untuk mempertahankan perbatasan terbuka karena alasan ekonomi dan keamanan antara Irlandia dan Irlandia Utara, konstituen Inggris, hingga Inggris-Uni Eropa yang baru.

Orang-orang yang mendukung Brexit khawatir bahwa halangan itu dapat menjebak Inggris dalam aturan perdagangan Uni Eropa tanpa batas waktu, dan berisiko mencegah London mencapai kesepakatan perdagangan dengan negara-negara di seluruh dunia.

Tetapi negosiator blok itu menjelaskan kepada pemimpin baru Inggris bahwa setiap perubahan besar dalam persyaratan pisah yang telah disepakati London adalah terlarang.

"Kami berharap dapat bekerja secara konstruktif dengan PM Johnson ketika ia menjabat, untuk memfasilitasi ratifikasi perjanjian penarikan dan mencapai Brexit yang tertib," kata Michel Barnier via Twitter pada hari Selasa.

"Kami siap juga untuk menyusun kembali deklarasi yang disepakati pada kemitraan baru," tambahnya, merujuk pada deklarasi politik tentang hubungan yang diinginkan untuk masa depan, yang menyertai perjanjian penarikan yang mengikat secara hukum.

Â