Sukses

Filipina Cetuskan Ide Nyeleneh untuk Menangkan Perseteruan di Laut China Selatan

Untuk memenangkan perseteruan di Laut China Selatan, pemerintah Filipina menghadirkan sebuah gagasan yang nyeleneh. Apa itu?

Liputan6.com, Manila - Menghadapi perseteruan yang semakin panas dengan China, pemerintah Filipina mempertimbangkan untuk mengundang para turis ke pos terdepan dan paling strategis di Laut China Selatan yang disengketakan.

Pulau Thitu, juga dikenal sebagai Pagasa (oleh masyarakat Filipina), semakin tertinggal jauh dari penyebaran pengaruh Tiongkok dan Vietnam, yang membuatnya posisinya rentan di Laut China Selatan.

Dikutip dari Express.co.uk pada Kamis (25/7/2019), China dan Vietnam telah mengembangkan fasilitas di pulau-pulau yang mereka tempati atau di atas karang yang terendam air laut.

Tidak mau tersalip, Filipina pun mulai menaruh perhatian serius pada batas terluarnya itu.

Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana mengatakan: "Kami berada di jalur yang tepat dalam membangun kembali atau memperbaiki landasan pacu kami di Pagasa."

Lorenzana juga menambahkan, bahwa di masa depan, Filipina akan membangun struktur yang lebih kuat untuk pasukan militernya.

"Kami juga berpikir untuk membangun beberapa hotel untuk orang Filipina atau siapapun yang tertarik pergi ke sana sebagai turis," lanjutnya.

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini: 

2 dari 3 halaman

Mulai Diperhatikan Serius oleh Filipina

Saat ini, jalan landai tengah dibangun untuk memungkinkan bahan bangunan dan alat berat dipindahkan ke pulau seluas 37 hektar itu.

Pulau Thitu menjadi basis bagi segelintir tentara dan populasi kecil penduduk sipil, yang hidup dengan subsidi pemerintah.

"Pemerintah Filipina juga tengah membangun sebuah pelabuhan terlindung untuk kapal penangkap ikan yang lebih besar, kapal penjaga pantai, dan kapal angkatan laut," kata Penasihat Keamanan Nasional Hermogenes Esperon.

"Kami tidak meninggalkan pulau apa pun, tidak ada pulau yang diambil dari kami sejak 2016. Kami memperkuat posisi dan kepemilikan kami," lanjutnya menegaskan.

Di gugusan Kepulauan Spratlys, Filipina menempati sembilan titik, Malaysia mengontrol lima titik, Taiwan memiliki satu dan Vietnam 27, di mana semuanya ditentukan menurut Prakarsa Transparansi Maritim Asia.

Sebagai perbandingan, Karang China Subi adalah sebuah benteng dan berjarak hanya 14 mil laut dari Thitu, yang menampung sekitar 400 bangunan individu.

3 dari 3 halaman

Dituduh Jual Negara ke China

Dalam pidato tahunannya pada hari Senin, Presiden Filipina Rodrigo Duterte menyebut penempatan rudal-rudal Tiongkok di berbagai pulau kecil dan karang di Laut China Selatan, sebagai alasan untuk tidak memprovokasi Beijing.

Pernyataan itu melanjutkan gagasan kontroversial Duterte sebelumnya, bahwa FIlipina tidak perlu mengganggu kegiatan maritim Negeri Tirai Bambu di sana.

Banyak rakyat Filipina marah atas pernyataan itu dan menuduh Duterte sengaja menjual negara ke China.

Sementara itu, China mengklaim mempunyai hak kepmilikan historis atas hampir seluruh wilayah Laut China Selatan.

Padahal, telah ada putusan arbitrase internasional tahun 2016, yang mengatakan bahwa klaim di atas tidak memiliki dasar hukum di bawah wewenang internasional.

Laut China Selatan adalah rute perdagangan penting dengan lebih dari US$ 3 triliun perdagangan melewatinya setiap tahun.

Filipina, Vietnam, Malaysia, Taiwan dan Brunei Darussalam juga memiliki klaim yang tumpang tindih dengan bagian-bagiannya di laut tersebut.