Liputan6.com, Pyongyang - Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengatakan uji coba "senjata berpemandu taktis tipe baru" adalah peringatan bagi Korea Selatan untuk berhenti mengimpor senjata teknologi tinggi, dan melakukan latihan militer bersama dengan Amerika Serikat (AS), lapor media pemerintah KCNA.
Korut melakukan uji coba peluncuran dua rudal balistik jarak pendek baru pada hari Kamis, kata pejabat Korea Selatan, sebagaimana dikutip dari Al Jazeera pada Jumat (26/7/2019).
Ini merupakan tes pertama sejak pertemuan terakhir antara Kim Jong-un dan Presiden AS Donald Trump pada bulan lalu, ketika kedua pemimpin negara setuju untuk menghidupkan kembali pembicaraan denuklirisasi.
Advertisement
Baca Juga
Kepala Staf Gabungan Seoul (JCS) mengatakan, dua rudal Korea Utara diluncurkan tepat setelah fajar dari Wonsan di pantai timur.
Seorang pejabat militer di Seoul mengatakan salah satu dari dua senjata itu terbang sejauh lebih dari 430 kilometer, sementara yang lain menempuh jarak 690 kilometer.
Laporan KCNA tidak menyebutkan Donald Trump atau AS, tetapi mengatakan Kim Jong-un mengkritik pihak berwenang Korea Selatan karena melakukan latihan bersama, yang biasanya dilakukan dengan pasukan Negeri Paman Sam.
"Kita tidak bisa tidak mengembangkan sistem senjata super-kuat nonstop untuk menghilangkan potensi dan ancaman langsung terhadap keamanan negara kita yang ada di Selatan," kata Kim, menurut KCNA.
Kim Jong-un menuduh Korea Selatan melakukan "transaksi ganda", karena mengatakan mereka mendukung perdamaian, tetapi secara bersamaan mengimpor senjata baru dan melakukan latihan militer.
Berpotensi Melanggar Resolusi DK PBB
Ada hampir 30.000 tentara AS yang ditempatkan di Korea Selatan dan manuver tahunan mereka dengan tentara setempat telah membuat marah Pyongyang.
"Pemimpin Korea Selatan harus menghentikan tindakan bunuh diri semacam itu, dan jangan membuat kesalahan dengan mengabaikan peringatan kami," kata Kim.
Pemimpin Korea Utara itu mengatakan bahwa dia puas dengan respons cepat dan lintasan senjata rendah, yang menurutnya akan mempersulit penyadapan.
Dewan Keamanan Nasional Seoul mengatakan pada hari Kamis bahwa mereka percaya rudal itu adalah jenis rudal balistik baru, tetapi detail lengkapnya akan diungkap setelah melakukan penilaian bersama AS.
Tes rudal balistik akan menjadi pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB, yang melarang Korea Utara menggunakan teknologi tersebut.
Korea Utara menolak pembatasan itu sebagai pelanggaran atas haknya dalam membela diri.
Korea Selatan, yang telah mendukung upaya Korea Utara dan Amerika Serikat untuk mengakhiri permusuhan selama bertahun-tahun, pada hari Kamis, mendesak Pyongyang untuk menghentikan tindakan yang tidak membantu meredakan ketegangan, dan mengatakan tes itu menimbulkan ancaman militer.
Advertisement
Korea Utara Didesak Menahan Diri
Kementerian Luar Negeri AS mendesak Pyongyang untuk menahan diri dari provokasi lebih lanjut, dan mengatakan pihaknya masih mengharapkan dimulainya kembali pembicaraan mengenai denuklirisasi Korea Utara.
"Kami mendesak tidak ada lagi provokasi, dan bahwa semua pihak harus mematuhi kewajiban mereka di bawah resolusi (Dewan Keamanan PBB)," kata juru bicara Kemlu AS Morgan Ortagus.
Ketika ditanya pesan apa yang diambil pemerintahan Trump dari peluncuran rudal jarak pendek Korea Utara, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan kepada Fox News: "Ketika presiden dan Ketua Kim bertemu hanya beberapa pekan lalu di DMZ, Ketua Kim membuat dua komitmen."
"Satu, dia mengatakan dia akan berkomitmen untuk tidak melakukan uji coba nuklir, dan kedua adalah dia akan terus menghindari peluncuran rudal balistik jarak menengah dan jarak jauh," lanjutnya.
Pyongyang melakukan peluncuran jarak pendek yang serupa pada bulan Mei, yang oleh dianggap Trump kala itu sebagai "barang sangat standar", yang tidak akan berdampak pada hubungannya dengan Kim.
Peluncuran rudal Korut pada hari Kamis, terjadi sehari setelah Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton berbicara dengan para pejabat senior Korea Selatan di Seoul.
Simak video pilihan berikut: