Liputan6.com, Khartoum - Sedikitnya lima pengunjuk rasa ditembak mati oleh pasukan keamanan Sudan saat berusaha membubarkan sebuah protes di Kota El-Obeid, menurut kelompok oposisi. Empat dari korban tewas tersebut adalah siswa sekolah menengah.
Insiden terjadi pada Senin 30 Juli, sehari sebelum para pemimpin protes dan para jenderal yang berkuasa akan berdiskusi soal transisi politik Sudan pasca-lengsernya mantan presiden Omar al-Bashir.
Advertisement
Baca Juga
Para pengunjuk rasa hari Senin itu adalah para pemuda, lapor Al Jazeera dikutip Selasa (30/7/2019). Mereka menyuarakan terbatasnya bahan bakar dan bahan makanan pokok di negara bagian Kordofan Utara. Kondisi itu merupakan dampak atas ketegangan yang meningkat antara sipil-militer selama beberapa waktu terakhir.
Al Jazeera melaporkan, tembakan terdengar saat para pemuda berunjuk rasa. Adapun kelompok protes utama Sudan SPA mengatakan, petugas keamanan telah menggunakan amunisi langsung untuk melawan massa aksi.
SPA mengecam tewasnya pengunjuk rasa.
"Kami menyerukan kepada orang-orang kami untuk turun ke jalan ... untuk mengecam pembantaian di El-Obeid, untuk menuntut para pelaku agar diadili," kata SPA.
Penduduk El-Obeid mengatakan pemakaman para korban tewas akan berlangsung pada Selasa waktu lokal.
Sementara menurut laporan Reuters, puluhan pengunjuk rasa turun ke jalan-jalan Khartoum sebagai bentuk protes atas tewasnya para pemuda dalam insiden El-Obeid.
Â
Simak video pilihan berikut:
Jam Malam Diberlakukan
Sementara itu, pihak berwenang mengumumkan jam malam di empat kota Sudan setelah insiden terjadi.
Gubernur Kordofan Utara, Mohamed Khidr Mohamed Hamid, mengatakan kepada Al-Arabiya TV, ada "sedikit gesekan" antara pengunjuk rasa dan pasukan keamanan.
Video yang beredar di media sosial konon menunjukkan para siswa memprotes di luar rumah sakit utama El-Obeid terhadap pembunuhan dan cedera.
Mereka dikabarkan menuntut keadilan dan kondisi kehidupan yang lebih baik sesaat sebelum penembakan itu terjadi, kata seorang reporter Al Jazeera bernama Morgan.
"Oposisi menyerukan protes nasional untuk mengutuk kekerasan," kata Morgan. "Mereka menyalahkan dewan militer yang berkuasa atas kematian para pengunjuk rasa."
Â
Advertisement