Liputan6.com, Kuala Lumpur - Persaingan penerus kepemimpinan Malaysia, antara Anwar Ibrahim dan Azmin Ali, memasuki babak baru awal pekan ini.
Menteri Keuangan Azmin Ali, pada Senin 29 Juli 2019, meminta Perdana Menteri Mohamad agar mengabdi secara penuh selama lima tahun, alih-alih memberikan kekuasaan kepada Anwar seperti yang pernah dijanjikannya, demikian seperti dikutip dari South China Morning Post, Selasa (30/7/2019).
Advertisement
Baca Juga
Dalam sebuah pernyataan yang menggemakan tuntutan serupa dari partai-partai oposisi, Menteri Azmin mengatakan kepemimpinan Mahathir adalah kunci untuk memastikan "stabilitas, kontinuitas dan konsistensi kebijakan pemerintah untuk mendorong investasi serta menciptakan lapangan kerja dan kesejahteraan bagi semua orang."
Dukungan oposisi untuk Mahathir akan menciptakan era baru bipartisan Malaysia yang memungkinkan lebih banyak reformasi kelembagaan, tambah Azmin.
Selama akhir pekan, partai-partai oposisi sekutu Partai Islam Malaysia (PAS) dan Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) menyerukan Mahathir (94) untuk tetap menjadi perdana menteri sampai akhir masa jabatannya.
"PAS dan UMNO mengambil sikap yang sama bahwa mereka akan mempertahankan jabatan perdana Dr Mahathir sampai pemilihan umum berikutnya," kata presiden PAS Abdul Hadi Awang dalam sebuah wawancara dengan surat kabar milik partai Harakah.
Apa yang Terjadi Soal Penerus Kepemimpinan Malaysia?
Dinamika mengenai penerus kepemimpinan Malaysia bermula ketika PM Mahathir, yang baru terpilih pada pemilu 2018 lalu, menjanjikan akan membuka jalan bagi Anwar Ibrahim "setidaknya dua tahun" untuk menjadi perdana menteri selanjutnya. Faktor usia yang semakin sepuh menjadi alasan.
Namun belakangan, di belakang layar, Mahathir memberikan dukungannya kepada Azmin Ali, sang menteri keuangan Malaysia. Kecocokan keduanya perihal visi memajukan perekonomian Negeri Jiran disebut menjadi faktor.
Baik Anwar dan Azmin sama-sama berperan sebagai pucuk pimpinan Parti Keadilan Rakyat (PKR), bagian koalisi partai Pakatan Harapan pimpinan Mahathir yang memerintah Malaysia saat ini.
Tetapi, nama Azmin sempat tercoreng skandal video seks gay yang disebarluaskan ke media, mencerminkan kembali tentang kasus kontroversial serupa yang pernah dialami oleh Anwar Ibrahim beberapa tahun lalu,
Azmin berpendapat bahwa video-video itu adalah pekerjaan orang dalam yang dibuat-buat, sementara para pihak pro-Azmin di internal PKR menuduh pada faksi pro-Anwar.
Orang dalam percaya bahwa Mahathir, yang juga perdana menteri dari tahun 1981 hingga 2003, enggan menyerahkan kekuasaan kepada Anwar, yang menjabat sebagai wakil Mahathir dari tahun 1993 hingga 1998 sebelum didakwa dengan kasus sodomi.
Sebaliknya, sang perdana menteri tampaknya diam-diam mendukung Azmin untuk jabatan teratas, sebuah rumor yang telah menciptakan keretakan dalam PKR, di mana Azmin adalah wakil presiden.
Advertisement
Saling Umbar Komentar Pedas
Anwar, yang telah dipenjara karena sodomi dua kali --yang kedua pada tahun 2015 saat menjabat sebagai pemimpin oposisi-- telah melihat hubungannya dengan mantan anak didiknya Azmin berubah menjadi masam dan meluap menjadi badai kata-kata bulan ini.
Sang pemimpin PKR mendesak Azmin untuk mundur jika dia "diidentifikasi" secara meyakinkan "sebagai lelaki dalam video viral, yang menggambarkan dua lelaki berhubungan seks di kamar hotel."
Sebagai tanggapan, Azmin mengatakan bahwa Anwar harus "melihat pria di cermin" dan merefleksikan diri sendiri, sebuah pernyataan yang diyakini banyak orang mengacu pada tuduhan sodomi Anwar, di mana ia menerima pengampunan kerajaan penuh tahun lalu setelah Pakatan Harapan memenangkan pemilihan umum.