Sukses

6-8-1181: Ledakan Bintang Dahsyat di Langit China dan Jepang

Pada 1181 silam, penduduk China dan Jepang menyaksikan dengan takjub sebuah ledakan bintang dahsyat di langit.

Liputan6.com, Kyoto - Hari ini, pada 1181 silam, banyak penduduk China dan Jepang menatap langit malam dengan perasaan takjub. Mereka melihat bintang yang sangat terang di wilayah yang kini disebut oleh ilmuwan antariksa sebagai konstelasi Cassiopeia berbentuk-W.

Mereka tidak menyadarinya kala itu, tetapi menyaksikan ledakan yang mematikan sebesar 20 atau 30 kali lebih masif dari Matahari, yang telah membakar semua bahan bakarnya, sehingga memicu ledakan kosmik berjuluk supernova.

Di era modern, peristiwa langka itu dinamai SN 1181, tetapi bagi pengamat China dan Jepang Abad ke-12, momen itu dijuluki sebagai guest star (bintang tamu), yakni bintang yang muncul untuk kunjungan singkat di satu area di langit dan kemudian pergi lagi, demikian Today in History dikutip dari Forbes.com pada Senin (5/8/2019).

Sebuah sejarah Jepang yang ditulis pada pertengahan 1200-an menceritakan bahwa "Bintang tamu terlihat di timur laut. Itu seperti benda bulat besar (kemungkinan besar mengibaratkan pada visual Saturnus) berwarna kebiru-biruan".

Menurut sejarawan, bintang tamu tahun 1181 berkunjung pada periode ketika astrologi dan astronomi masih disatukan dalam bidang studi yang sama, di mana berlaku tidak hanya di Asia, tetapi juga di Eropa, Afrika, dan Timur Tengah.

Munculnya bintang baru di langit "berarti sesuatu" bagi masyarakat Jepang.

Fujiwara Kanezane, yang kala itu adalah anggota muda dari istana kekaisaran Jepang, ia menulis dalam buku hariannya: "Pada hari ke 28 terdengar bahwa sejak hari ke-25, seorang bintang tamu telah hadir di langit bagian dalam, sebuah tanda kelainan yang menunjukkan bahwa setiap saat kita dapat mengharapkan kendali atas pemerintahan yang mungkin bisa hilang."

Tetapi, sesama anggota istana, Yoshia Tsunefusa, merasakan sesuatu yang lebih optimis, yang ditulis dalam buku hariannya.

"Hari ke-25 keng-shen bulan kedelapan (26 September 1181). Hari ini adalah kesempatan untuk membuat persembahan yang menguntungkan untuk panen yang baik. Seorang bintang tamu telah terlihat, dan saat ini masih belum pudar," tulis Tsunefusa kala itu.

 

2 dari 4 halaman

Berspekulasi pada Implikasi Astrologi

Dua catatan harian di atas merupakan sebagian kecil dari banyak catatan yang tersebar di masyarakat China dan Jepang, yang sama-sama menilainya sebagai peristiwa astronomi untuk penanda kehidupan.

Sebagian besar catatan tersebut menggambarkan posisi bintang tamu dalam kaitannya dengan bintang dan rasi bintang yang lebih akrab, mengukur lamanya tinggal, dan kadang-kadang berspekulasi pada implikasi astrologi.

Faktanya, sedikit mengejutkan bahwa tidak ada sumber dari tempat lain di dunia yang menyebutkan supernova 1181, karena itu hanya satu dari delapan supernova yang tercatat dalam sejarah yang terlihat oleh mata penduduk dunia tanpa bantuan alat canggih.

Catatan semacam itu menawarkan kepada para astronom sebuah teka-teki layaknya kasus forensik kosmik. Supernova meninggalkan awan gas yang meluas yang disebut nebula, sisa-sisa bintang mati yang sudah compang-camping.

Tantangan para astronom, menurut pengamat sains Kiona N. Smith, adalah mencocokkan catatan harian dan sejarah yang berabad-abad itu dengan nebula yang sebenarnya, kemudian berupaya merekonstruksi ukuran dan jenis bintang sebelumnya.

 

3 dari 4 halaman

Memicu Pencarian oleh Astronom Modern

Masih menurut Kiona, kolega China dan Jepang abad pertengahan tidak meninggalkan jenis koordinat astronomi yang digunakan saat ini untuk menggambarkan posisi obyek di langit, tetapi mereka menggambarkan di mana bintang tamu muncul dalam kaitannya dengan lima kelompok bintang yang berbeda.

"Bintang tamu (k'o hsing) muncul di K'uei hsiu dan menyerang Ch'uan-dia sampai hari keui-yu pada bulan pertama tahun berikutnya (6 Februari 1182), seluruhnya 185 hari. Hanya 185 hari, saat itu sudah padam," lapor catatan Sejarah Dinasti Sung pada 1345.

Sejarah China lainnya menggambarkan supernova yang muncul di langit malam "di Utara dekat Wang-liang dan menjaga Ch'uan-she," atau "" di Hua-kai secara bersamaan selama 156 hari, lalu padam.

Menggunakan informasi itu, bersama dengan teleskop modern yang kuat seperti observatorium sinar-X milik NASA, para astronom modern cukup yakin mereka telah mengidentifikasi sisa-sisa bintang yang kematiannya menyulut kehebohan di tahun 1181, meskipun masih ada beberapa perdebatan tentang apakah mereka, pada kenyataannya, melihat jasad kosmik yang tepat.

Fokusnya adalah pada awan gas yang memancarkan radio, panas, sekitar 6.500 tahun cahaya di Perseus Arm dari Galaksi Bima Sakti kita, di mana ia terletak di arah rasi bintang Cassiopeia, dengan pulsar (inti bintang mati yang terbakar) yang berputar di tengahnya berputar sekali setiap 65,68 milidetik.

4 dari 4 halaman

Menebak Jarak Menuju Nebula Bintang Tamu

Astronom F.R. Stephenson pertama menunjuk SNR 3C 58 sebagai sisa-sisa bintang tamu 1181 pada tahun 1971, dan para astronom telah menghabiskan 47 tahun terakhir menimbang bukti, mengumpulkan data baru, dan mengajukan lebih banyak pertanyaan.

Pada awalnya, beberapa astronom menunjukkan bahwa SNR 3C 58 terlalu jauh dari Bumi untuk menjadi situs supernova 1181.

Perkiraan jarak pertama untuk supernova adalah 27.000 tahun cahaya, dan pada jarak itu, pulsar di pusat nebula harus memompa sejumlah energi yang tidak mungkin untuk menghasilkan jenis dan jumlah radiasi yang kita amati dari Bumi.

Perkiraan itu didasarkan pada pengamatan kecepatan beberapa awan gas antara Bumi dan nebula jauh, dengan menggunakan Efek Doppler untuk mengukur seberapa cepat awan bergerak dalam kaitannya dengan pengamatan dari Bumi.

Dengan perkiraan itu, para astronom juga dapat menghitung seberapa cepat mereka mengorbit pusat galaksi, yang pada gilirannya membiarkan mereka menghitung jarak.

Tetapi pada 2013, satu set perhitungan dan pengamatan baru dikoreksi untuk distorsi yang disebabkan oleh bentuk dan posisi Arm Perseus, dan astronom Roland Kothes memperkirakan jarak aktual ke SNR 3C 58 pada sekitar 6.500 tahun cahaya.

"Itu skenario yang jauh lebih realistis, tetapi itu juga berarti supernova 1181 adalah ledakan yang cukup lemah secara relatif," pungkas Kiona.

Sementara itu, di tanggal yang sama pada 1932, Venice Film Festival resmi dibuka, menjadikannya sebaga festival film paling tua di dunia.

Begitupun tanggal yang sama pada 1940, sejarah mencatat Uni Soviet menganeksasi Estonia sebagai bagian dari wilayah penaklukan komunis di Eropa Timur.