Liputan6.com, Pyongyang - Tanpa didahului peringatan, Korea Utara kembali menembakkan dua proyektil tidak dikenal ke laut dari provinsi Hwanghae Selatan, lapor Kepala Staf Gabungan Korea Selatan.
Peluncuran itu dilakukan ketika Pyongyang menganggap latihan militer antara Washington dan Seoul sebagai "pelanggaran mencolok" dari upaya untuk mencapai perdamaian di semenanjung Korea.
Advertisement
Baca Juga
Dikutip dari The Guardian pada Selasa (6/8/2019), Korea Utara juga menilai rencana latihan militer tersebut mencerminkan kurangnya "kemauan politik" untuk meningkatkan hubungan kedua negara Korea.
"Terlepas dari peringatan yang berulang kali kami lakukan, AS dan Korea Selatan akhirnya memulai latihan militer gabungan yang menargetkan DPRK," kata juru bicara kementerian luar negeri Korea Utara, sebagaimana dilansir oleh kantor berita resmi negara itu, KCNA.
Kemlu Korea Utara mengatakan latihan militer itu merupakan pelanggaran perjanjian diplomatik, dan menambahkan bahwa Pyongyang tetap tidak berubah dalam komitmennya untuk menyelesaikan masalah melalui dialog.
Meski begitu, Korea Utara juga mengancam akan "mencari jalan baru" jika Korsel dan AS terus hadir dengan gerakan militer yang dinilai bermusuhan.
Trump Mengecilkan Uji Coba Rudal Korut
Korea Utara telah menembakkan serangkaian rudal dan roket sejak pemimpin Kim Jong-un dan Donald Trump sepakat pada pertemuan 30 Juni di zona demiliterisasi (DMZ), agar kedua negara Korea kembali menghidupkan pembicaraan denuklirisasi yang macet.
Trump telah mengecilkan peluncuran proyektil Korea Utara baru-baru ini, mengatakan hal tersebut tidak melanggar perjanjian apa pun dengan Kim.
Namun, pembicaraan AS-Korut belum dilanjutkan, dan para analis percaya rudal terkait dirancang baik untuk meningkatkan kemampuan militer Pyongyang, dan untuk menekan Washington untuk menawarkan lebih banyak konsesi.
"Kami akan terus memantau situasi dan berkonsultasi erat dengan sekutu Korea Selatan dan Jepang," kata seorang juru bicara Kemhan AS.
Di lain pihak, juru bicara kementerian luar negeri Korea Utara mengatakan, kedatangan jet tempur siluman F-35A dan unjungan kapal selam bertenaga nuklir --dua-duanya buatan Washington-- ke pelabuhan Korea Selatan, serta uji coba rudal balistik AS, adalah di antara langkah-langkah yang mempercundangi komitmen perdamaian dua negara Korea.
Hal itu, masih menurut Kemlu Korut, memaksa Pyongyang untuk melanjutkan pengembangan senjatanya sendiri.
"Pemerintah AS dan Korea Selatan secara lahiriah terus berbicara tentang dialog," kata juru bicara itu. "Tapi ketika mereka duduk, mereka menajamkan pedang untuk melukai kami."
Â
Advertisement
Latihan Militer Secara De Facto Telah Dimulai
Seorang juru bicara Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan dalam konferensi pers pada Senin 5 Agustus, bahwa sekutu sedang "mempersiapkan latihan militer bersama di paruh kedua tahun ini", tetapi tidak akan mengkonfirmasi nama dan apakah sudah dimulai atau belum.
Media Korea Selatan melaporkan bahwa latihan militer dengan AS secara de facto telah dimulai pada hari Senin, untuk memverifikasi kemampuan operasional dasar militer Negeri Ginseng dalam transfer kontrol operasional masa perang.
Sementara itu, Pyongyang telah "terus meningkatkan program nuklir dan misilnya", serta menggunakan serangan siber untuk mengumpukan US$ 2 miliar (setara Rp 28,8 triliun) guna mendanai pembangunan senjata nuklir, ungkap sebuah laporan PBB pada awal pekan ini.
Â
Simak video pilihan berikut:Â