Liputan6.com, Jakarta - Uni Eropa bertekad untuk meningkatkan kesadaran dan aksi nyata terkait masalah lingkungan hidup dan perubahan iklim. Di Indonesia, organisasi antarpemerintahan dan supranasional negara-negara Eropa ini berupaya untuk mendukung inisiatif-inisiatif yang dipimpin oleh kelompok masyarakat sipil dan anak muda.
Untuk mewujudkannya, Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia, Kedutaan Besar Switzerland, Yayasan Race for Water (R4W), dan Yayasan Greeneration memperkenalkan inovasi dan kerja sama antar negara dan antar generasi pada Senin, 5 Agustus 2019, melalui kapal jelajah Race for Water.
Baca Juga
Program tersebut bertujuan untuk mempromosikan kesadaran terhadap pelestarian lingkungkan hidup dan aksi nyata di bidang efisiensi sumber daya, konservasi sumber daya laut, serta perubahan iklim.
Advertisement
"Kemitraan yang kita jalankan pada hari ini merupakan kesempatan yang berharga bagi para pejabat Uni Eropa dan Indonesia, untuk merefleksikan berbagai tantangan dan potensi dalam mengintegrasikan prinsip-prinsip ekonomi lingkaran di Indonesia," ujar jelas Kuasa Usaha Ad Interim Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia, Charles-Michel Geurts.
"Upaya melestarikan pantai-pantai Indonesia yang sangat indah akan sangat sulit, tanpa melibatkan seluruh bagian hulu kegiatan ekonomi sebagai titik mula produksi dan konsumsi sampah plastik," tambahnya dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com pada Selasa (6/8/2019).
Program utama R4W (LEARN, SHARE dan ACT) adalah seputar penetapan nilai sampah plastik dan pengelolaan sampah di negara-negara Uni Eropa. Program yang juga diperkenalkan di Indonesia ini, dimaksudkan sebagai sarana alih-pengetahuan dan pemberdayaan komunitas.
Tim R4W juga membuka kesempatan kemitraan, untuk membuat sebuah studi kelayakan di Indonesia, mengenai transformasi produk plastik yang sudah tidak dapat didaur ulang atau digunakan kembali, yang non-emisif, dan berpotensi menghasilkan energi dalam bentuk listrik.
Misalnya saja untuk dimanfaatkan di pulau kecil, di mana sarana dan prasarana bagi kegiatan daur ulang sangat sulit. Studi ini kelak diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai referensi dalam penyusunan kebijakan lokal.
Sementara itu, Kuasa Usaha Ad Interim Kedutaan Besar Switzerland di Indonesia, Michael Cottier, menyatakan dukungannya untuk program-program yang terkait dengan antisipasi perubahan iklim, serta perlindungan perairan dan lautan.
"Kami mendorong pengurangan subsidi pemanfaatan energi fosil dan pencarian sumber alternatif lainnya. Inovasi merupakan kunci solusi bagi hal tersebut.
Sekilas Tentang Kapal Race for Water
Kapal Race for Water (R4W) telah menjadi pionir yang mendemonstrasikan bagaimana ia dapat melakukan perjalanan keliling dunia hanya dengan menggunakan sumber energi terbarukan.
Kapal tersebut --yang berlabuh di Pelabuhan Batavia Marina, Jakarta Utara, sejak 21 Juni 2019 (setelah berlayar dari Bali)-- adalah duta dunia untuk transisi energi dan konservasi lautan.
"Kapal kami akan meninggalkan perairan Indonesia pada hari ini, sebelum mengembangkan layar (dan panel surya) dalam perjalanan 5 tahun ke depan menuju Malaysia, Filipina dan Jepang, hingga mencapai tujuan akhirnya yaitu Prancis di tahun 2021," ungkap 2nd Captain Race for Water, Annabelle Boudinot pada Senin kemarin.
"Kami telah melakukan begitu banyak kegiatan dan riset seputar transisi energi di Indonesia. Kami harap, hasil studi kelayakan akan membuka kesempatan bagi misi kami untuk diteruskan di masa depan," tambahnya.
Selain itu, Uni Eropa juga membangun kerja sama dengan para pejabat Indonesia untuk memastikan bahwa alokasi dana dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) diarahkan untuk pembangunan yang rendah karbon dan rendah polusi.
Sedangkan program R4W sendiri juga ingin mendukung penyelenggaraan Indonesia Circular Economy Forum (ICEF) yang akan digelar pada 11 dan 12 November 2019 di Jakarta.
Dukungan Uni Eropa pada penyelenggaraan ICEF ke-3 tersebut disebut sebagai bentuk penegasan komitmen Uni Eropa untuk mengakselerasi perubahan global menuju ekonomi lingkaran.
Hal ini dibuktikan melalui strategi Uni Eropa dalam penanganan plastik, dengan menerapkan peraturan baru yang berlaku di seluruh Uni Eropa untuk menghapus penggunaan 10 jenis produk plastik sekali pakai, yang mana umum ditemukan di pantai dan laut di kawasan Eropa.
Advertisement