Liputan6.com, Beijing - Pemerintah China memperingatkan Amerika Serikat (AS) bahwa pihaknya akan mengambil tindakan keras, jika Washington melanjutkan rencana untuk menempatkan sistem rudal di kawasan Asia Pasifik.
Peringatan oleh Kementerian Luar Negeri China pada hari Selasa itu dirilis beberapa hari setelah Menteri Pertahanan AS, Mark Esper, mengatakan negaranya kini bebas untuk menempatkan senjata pasca-penarikan dari perjanjian Kekuatan Nuklir Jangka Menengah (INF) dengan Rusia, pada pekan lalu.
Advertisement
Baca Juga
"Kami tidak akan berpangku tangan, dan akan terpaksa mengambil tindakan balasan jika AS mengerahkan rudal darat jarak menengah di bagian dunia ini (Asia)," kata Fu Cong, direktur pengendalian senjata pada Kemlu China, sebagaimana dikutip dari Al Jazeera pada Selasa (6/8/2019).
"Dan kami juga meminta negara-negara tetangga kami, untuk berhati-hati dan tidak mengizinkan penyebaran rudal jarak AS di wilayah mereka," tambahnya, seraya menyebut Australia, Jepang, dan Korea Selatan.
"(Penempatan senjata) itu tidak akan memenuhi kepentingan keamanan nasional negara-negara tersebut," lanjutnya.
Fu mengeluarkan pernyataan itu ketika ketegangan antara China dan AS memanas akibat meningkatnya tensi perang dagang kedua negara.
Sementara itu, pada Senin 5 Agustus, Australia membantah kemungkinan rudal dikerahkan di wilayahnya, dan mengatakan Canberra bahkan tidak diminta untuk menjadi tuan rumah penempatan senjata AS.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Landasan Pengendalian Senjata Global
Perjanjian INF dianggap sebagai landasan pengendalian senjata global. Tetapi, AS mengatakan pakta bilateral itu telah memberi negara-negara lain --yaitu China-- kebebasan untuk mengembangkan rudal jarak jauh mereka sendiri.
Esper, yang juga menjadi kepala Pentagon terbaru, mengatakan pada Sabtu pekan lalu, bahwa Washington ingin mengerahkan rudal lebih cepat.
"Daripada ditunda, lebih baik segera saat ini," kata Esper kepada wartawan yang ikut penerbangannya ke Sydney, sebagai awal tur selama sepekan di Asia Pasifik.
Menurut pengamat, pengumuman AS itu dalah rencana terbaru untuk mmebuat jengkel China, yang bersaing dengan Washington untuk mendapatkan pengaruh di kawasan Asia Pasifik.
Munculnya China yang secara militer lebih asertif di wilayah tersebut, telah mengkhawatirkan sekutu tradisional AS seperti Australia dan Selandia Baru.
Selain itu, tindakan Beijing di Laut China Selatan juga telah membuat para negara tetangga khawatir dengan klaim teritorial yang bersaing untuk jalur pelayaran strategis.
Advertisement
Belum Ada Kejelasan dari AS
Esper tidak merinci di mana AS bermaksud untuk menyebarkan penempatan senjatanya, tetapi para ahli mengatakan lokasi yang paling mungkin untuk ditempatkan adalah Pulau Guam, yang menampung sejumlah fasilitas militer AS secara signifikan.
Washington menarik diri dari perjanjian INF pada hari Jumat setelah menuduh Rusia melanggarnya selama bertahun-tahun.
Di bawah pakta yang ditandatangani pada 1987 oleh presiden AS kala itu. Ronald Reagan, dan pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev, Washington dan Moskow sepakat untuk membatasi penggunaan rudal konvensional dan nuklir dengan jangkauan 500 hingga 5.000 kilometer.
Pada hari Selasa, Fu mengatakan China tidak berniat bergabung dengan perundingan pengurangan senjata nuklir dengan Rusia dan AS.
Beijing menunjuk kesenjangan besar dalam ukuran arsenal China dibandingkan dengan dua negara lainnya.
Saat ini, China diperkirakan memiliki 290 hulu ledak nuklir yang dikerahkan, dibandingkan dengan 1.600 milik Rusia dan 1.750 milik AS, lapor Federasi Ilmuwan Amerika.