Sukses

Gagal Kabur Saat Menyamar Jadi Putrinya, Bos Geng Brasil Tewas di Penjara

Setelah gagal menyamar untuk kabur dari penjara, tahanan berat Brasil dilaporkan tewas di dalam selnya.

Liputan6.com, Rio de Janeiro - Pemimpin geng Brasil yang gagal kabur saat menyamar sebagai putrinya, dilaporkan tewas di selnya di Rio de Janeiro pada Selasa 6 Agustus 2019.

Otoritas penjara negara bagian setempat, SEAP, mengatakan para petugas menemukan jasad Clauvino da Silva (42) pada Selasa pagi di kompleks penjara berpengamanan tinggi. Beberapa waktu sebelumnya, ia coba melarikan diri dari tempatnya ditahan.

Dikutip dari The Guardian pada Rabu (7/8/2019), pihak berwenang menduga Silva tewas karena bunuh diri.

Silva, anggota dari geng narkoba Komando Merah Brasil, tengah menjalani hukuman penjara 73 tahun ketika dia mencoba melarikan diri pada Sabtu pekan lalu, dengan mengenakan topeng silikon, bra, wig hitam, dan T-shirt ketat berwarna menyerupai kulit.

Sang gangster, yang dikenal dengan nama samarannya Baixinho, diduga hendak menipu petugas penjara agar mengira dia sebagai putrinya yang berusia 19 tahun, yang beberapa saat sebelumnya datang berkunjung.

Tetapi, petugas curiga dengan gerak-geriknya yang gugup. Lalu menghentikan Silva saat berusaha meninggalkan kompleks penjara dengan tergesa-gesa.

Silva dipaksa untuk menelanjangi dirinya sendiri di depan rekaman beberapa kamera ponsel milik petugas, di mana hal itu kemudian viral di Brasil dan dunia.

Simak video pilihan berikut:

2 dari 2 halaman

Penghinaan Besar bagi Penjara Brasil

Pihak berwenang Brasil telah merayakan kegagalan tahanan kabur, dengan mendistribusikan foto dan video penyamaran Silva kepada media.

Namun, menurut para pengamat kriminal, kematian Silva merupakan penghinaan besar kedua bagi sistem penjara Brasil, yang terkenal terlalu padat dalam waktu lebih dari sepekan.

Pada akhir Juli, sebanyak 58 tahanan tewas terbunuh, di mana 16 di antaranya dipenggal secara sadis, menyusul kekerasan antar geng yang mengerikan di negara bagian Pará, di dekat Amazon.

Dua hari setelah pertumpahan darah tersebut, yang merupakan salah satu terburuk di Brasil sejak tewasnya 111 orang selama pembantaian Carandiru pada 1992 silam, empat tahanan lainnya meninggal ketika dipindahkan ke unit penjara lain.