Liputan6.com, Tokyo - Gelombang panas yang jarang terjadi di Jepang telah menewaskan 65 orang dalam satu pekan. Badan Cuaca Jepang pun mengklasifikasikan gelombang panas yang memecahkan rekor ini sebagai bencana alam.
Data dari Badan Penanggulangan Bencana dan Kebakaran Jepang, hingga Minggu 4 Agustus, tercatat 65 orang meninggal dunia karena sengatan gelombang panas. Sementara 22.647 orang dirawat di rumah sakit.
Baca Juga
Insiden ini dinyatakan sebagai yang terburuk dalam sepekan selama musim panas. Sebelumnya, kematian akibat gelombang panas juga terjadi pada Juli 2008.
Advertisement
Pihak Badan Penanggulangan Bencana dan Kebakaran juga mengungkap, sejak Juli 2019 sebanyak 80 orang telah meninggal akibat gelombang panas, dan lebih dari 35.000 orang dirawat di rumah sakit.
Di antara mereka yang meninggal dunia adalah anak sekolah enam tahun yang kehilangan kesadaran dalam perjalanan kembali dari kunjungan lapangan.
"Ketika gelombang panas terus menyelimuti negara ini, langkah-langkah mendesak diperlukan untuk melindungi kehidupan anak-anak sekolah," kata Juru Bicara Pemerintah Jepang, Yoshihide Suga, seperti dilansir South China Morning Post, Rabu (7/8/2019).
Pemerintah Jepang mengatakan akan memasok dana untuk memastikan semua sekolah dilengkapi dengan pendingin udara atau AC pada musim panas mendatang. Saat ini, kurang dari setengah sekolah negeri di Jepang memiliki AC, dan angka ini hanya sedikit lebih tinggi dari taman kanak-kanak umum.
Suga mengatakan, pemerintah juga akan mempertimbangkan untuk memperpanjang liburan sekolah musim panas 2019 karena gelombang panas yang berlarut-larut.
Saksikan video pilihan di bawah ini:Â
Suhu Mencapai 41 Derajat Celcius
Pada Senin 5 Agustus, Kota Kumagaya di Saitama di luar Tokyo membuat rekor panas nasional baru, dengan suhu mencapai 41,1 derajat Celcius atau 106 Fahrenheit.
Dan suhu lebih dari 40 derajat didaftarkan untuk pertama kalinya terjadi di wilayah metro Tokyo, tempat pemerintah mempromosikan Uchimizu, sebuah tradisi di mana air disiram ke tanah, sebagai bagian dari kampanye kesadaran musim panas.
"Kami mengamati tingkat panas yang belum pernah terjadi sebelumnya di beberapa daerah," kata Pejabat Badan Cuaca Jepang, Motoaki Takekawa.
"Gelombang panas ini fatal, dan kami mengenalinya sebagai bencana alam," imbuhnya.
Badan Cuaca Jepang memperingatkan bahwa sebagian besar Negeri Sakura akan terus panas dalam suhu 35 derajat atau lebih tinggi hingga awal Agustus. Pemerintah Jepang telah mendesak warga untuk menggunakan AC, minum air yang cukup dan sering beristirahat.
Musim panas di Jepang terkenal panas dan lembab, dan ratusan orang meninggal setiap tahun akibat sengatan panas, terutama orangtua. Gelombang panas itu mengikuti rekor curah hujan yang menghancurkan bagian barat dan tengah Jepang dengan banjir dan tanah longsor yang menewaskan lebih dari 220 orang.
Advertisement
Mengancam Olimpiade Tokyo 2020
Gelombang panas yang memecahkan rekor ini menimbulkan kekhawatiran tentang kesuksesan gelaran Olimpiade Tokyo 2020, yang akan diadakan pada Juli dan Agustus.
Gubernur Tokyo Yuriko Koike berjanji akan menangani gelombang panas ini dengan prioritas yang sama dengan melawan terorisme.
"Itu sama pentingnya karena tujuannya juga untuk melindungi kehidupan orang," katanya yang membandingkan musim panas Jepang dengan "tinggal di sauna".