Liputan6.com, Bishkek - Upaya penangkapan terhadap mantan Presiden Kirgizstan Almazbek Atambayev (62) berujung baku tembak antara aparat dengan simpatisan sang eks penguasa. Peristiwa itu terjadi pada Rabu 7 Agustus 2019 malam waktu lokal.
Pasukan komando Kirgizstan dipukul mundur dengan hujan peluru dari pendukung politik yang membarikade diri di dalam rumah Atambayev di pedesaan dekat ibukota Bishkek.
Advertisement
Baca Juga
Tembakan dari dalam kediaman Atambayev di Koi-Tash, selatan ibukota, diarahkan pada pasukan keamanan elite selama operasi penangkapan yang dimulai Rabu malam.
Setidaknya satu tentara tewas dan enam lainnya disandera, kata para pejabat. Lusinan terluka dalam baku tembak, menurut pejabat rumah sakit yang berbicara kepada The Associated Press, seperti dikutip dari NPR, Kamis (9/8/2019).
Pasukan keamanan dilaporkan mundur setelah negosiasi pembebasan para sandera dan berkumpul kembali setelah bentrokan awal yang mematikan.
Atambayev, yang menjabat sebagai presiden negara Asia Tengah itu dari 2011 hingga 2017, telah dituduh oleh penerus dan mantan sekutunya, Sooronbai Jeenbekov, atas berbagai kejahatan, termasuk korupsi dan pembelian tanah ilegal.
Pada Juni 2019, parlemen memilih untuk menghapuskan kekebalan hukum yang Atambayev nikmati sebagai mantan presiden Kirgizstan. Setelah pemungutan suara, dia mengatakan kepada wartawan bahwa dia "tidak takut pada apa pun di dunia" dan bersumpah untuk "bertahan sampai akhir."
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Diperkirakan Memicu Instabilitas di Kirgizstan
Insiden itu hanya menambah persepsi ketidakstabilan di bekas republik Soviet yang dilanda permasalahan ekonomi. Sejak merdeka pada 1991, Kirgizstan telah berjuang untuk berkembang di tengah ketegangan ekonomi dan etnis yang telah memecah penduduk.
Di era pasca kemerdekaan, dua presiden telah digulingkan dalam pemberontakan dengan kekerasan - Askar Akayev dalam "Revolusi Tulip" 2005 dan Kurmanbek Bakiyev pada 2010.
Sejak kekebalan mantan presiden Atambayev ditangguhkan, ia telah berulang kali menolak permintaan dari pihak berwenang untuk diinterogasi sehubungan dengan tuduhan korupsi dan menolak untuk mematuhi panggilan pengadilan pemerintah.
Pada bulan Juli 2019, ia bertemu di Moskow dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Namun, setelah pertemuan itu, Putin berbicara tentang perlunya stabilitas politik di Kirgizstan dan bahwa "semua orang harus bersatu di bawah kepemimpinan presiden yang menjabat."
Meskipun Kirgizstan memiliki hubungan dekat dengan Rusia, selama 13 tahun ia menjadi tuan rumah fasilitas militer AS di Bandara Internasional Manas, dekat Bishkek, yang digunakan untuk memasok pasukan Amerika di Afghanistan. AS menyerahkan pangkalan itu kepada militer Kirgizstan pada Juni 2014.
Advertisement