Liputan6.com, Moskow - Menurut laporan para pengamat lingkungan, kebakaran lahan Serbia di wilayah lingkar Arktik memicu awan asap dan jelaga yang besarnya melebihi luas Uni Eropa.
Dampak kebakaran yang belum pernah terjadi sebelumnya itu telah memasuki bulan ketiga saat ini, demikian sebagaimana dikutip dari The Guardian pada Selasa (13/8/2019).
Lingkar Arktik yang biasanya beku, dan merupakan bagian penting dari sistem pendingin Bumi, memuntahkan karbon dioksida (CO2) ke atmosfer dalam beberapa waktu terakhir, di mana hal itu memperburuk gangguan iklim.
Advertisement
Baca Juga
Serangkaian kebakaran lahan di Rusia utara, Alaska, Greenland, dan Kanada mengeluarkan 50 megaton CO2 pada Juni lalu, dan 79 megaton sebula setelahnya. Kedua catatan tersebut jauh melebihi rekor sebelumnya untuk Arktik.
Api belum sepenuhnya padam, sehingga diperkirakan menambah sekitar 25 megaton CO2 dalam 11 hari pertama Agustus, melampaui perkiraan paling persisten dalam kalkulasi 17 tahun sistem pemantauan satelit Eropa.
Mark Parrington, seorang ilmuwan di Copernicus Atmosphere Monitoring Service, mengatakan prediksi sebelumnya menyebut dampak kebakaran hanya berlangsung beberapa pekan.
"Kami belum pernah melihat ini sebelumnya," katanya. "Intensitas api masih jauh di atas rata-rata."
Masih menurut Parrington, suhu tinggi yang tidak biasa dan rendahnya tingkat kelembaban tanah adalah kondisi yang potensial dalam memicu kebakaran lahan.
Secara global, Juni dan Juli tahun ini adalah bulan-bulan terpanas yang pernah tercatat dalam sejarah modern.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Rusia Paling Terdampak
Rusia adalah negara yang paling terdampak oleh kebakaran terkait.
Bulan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengerahkan pasukan militer untuk membantu mengatasi kobaran api, dan menetapkan kondisi darurat untuk empat wilayah Siberia.
Menurut ilmuwan dan pengamat kebumian, Josef Aschbacher, kebakaran telah menghancurkan 4,3 juta hektar hutan taiga di Siberia saja, setidaknya selama dua bulan terakhir.
Api yang masih berkobar hingga ekarang menyebabkan sebaran asap meluas lebih jauh.
Antti Lipponen, dari Finnish Meteorological Institute, memperkirakan dampak kebakaran terkait mencakup 5 juta kilometer persegi (km²).
"Sebagai perbandingan, wilayah Uni Eropa sekitar 4,5 juta km² dan luas daratan AS sekitar 8,1 km². Jadi, bisa dibayangkan betapa mengkhawatirkannya situasi ini," twit Lipponen.
Advertisement
Kebakaran Meluas di Lingkar Arkrtik
Awan asap mengepul di Siberia timur laut dan diperkirakan akan mencapai Alaska, di mana kebakaran tahun ini telah menghanguskan wilayah yang lebih luas dari semua kebakaran hutan California pada 2018.
Carly Phillips, dari Persatuan llmuwan Kebumian AS, mengatakan kebakaran di Alaska telah menghanguskan 18,1 juta hektar hutan sejak 2000, lebih dari dua kali lipat dari total kerusakan selama 20 tahun sebelumnya.
"Emisi karbon dari kebakaran hutan ini dapat memperburuk pemanasan iklim selama beberapa dekade mendatang," tulis Phillips di blognya.
"Ekosistem Alaska menyimpan karbon dalam jumlah besar, baik sebagai lapisan es atau tanah, yang telah terakumulasi selama ribuan tahun. Kebakaran hutan mengacaukan simpanan karbon ini dengan membakar tanah dan mempercepat pencairan lapisan es, keduanya melepaskan gas-gas penangkap panas ke atmosfer," lanjutnya menjelaskan.
Masih menurut Phillips, jelaga hitam juga mengendap pada apa yang tersisa dari es Kutub Utara, melemahkan kemampuannya untuk memantulkan panas Matahari.
Sementara di Greenland, gambar satelit bulan ini mengungkapkan kebakaran yang membentang di area seluas 380 kilometer. Hal itu menambah tekanan gelombang panas Arktik yang menyebabkan rekor pencairan lapisan es terbesar kedua di dunia.
Minggu ini, api besar di wilayah Qeqqata di Greenland meninggalkan daerah yang membara seluas 6,9 kilometer persegi.