Sukses

Wapres Filipina Khawatirkan Rodrigo Duterte Jual Negara ke China

Presiden Filipina Rodrigo Duterte dituduh oleh wakilnya sengaja menjual negara ke China. Apa alasannya?

Liputan6.com, Manila - Wakil Presiden Filipina Leni Robredo mengatakan publik khawatir presidennya, Rodrigo Duterte, "menjual negara" ke China. Robredo mendesak Duterte mengambil sikap yang lebih tegas untuk melindungi kedaulatan Filipina di Laut China Selatan yang disengketakan.

Berbicara tentang peluang bertarung di pemilu presiden 2022 nanti, Robredo mengatakan Duterte tidak mengambil keuntungan dari keputusan pengadilan internasional yang menegaskan hak ekonomi Filipina di Laut China Selatan, di mana juga turut diklaim oleh Tiongkok.

"Saya mengerti mengapa pemerintahan baru kami lebih bersahabat dengan China, tetapi saya pikir harus ada garis yang jelas sejauh melindungi wilayah dan kedaulatan kami," kata Robredo, sebagaimana dikutip dari South China Morning Post pada Selasa (13/8/2019).

"Presiden telah membuat banyak pernyataan yang memberi kesan bahwa kita menyetujui apa yang diinginkan China," lanjutnya kecewa.

Dia menambahkan bahwa publik takut jika Filipina terlambat menyadari jika banyak wilayahnya telah menjadi milik negara lain.

Saat ini, Robredo berada dalam posisi yang tidak biasa sebagai wakil presiden sekaligus pemimpin oposisi utama. Hal ini dikarenakan aturan Filipina, di mana presiden dan wakilnya dipilih secara terpisah.

Beberapa kali Robredo diserang oleh Duterte, yang kritiknya kerap digulingkan sejak berkuasa pada 2016 lalu.

Robredo mengatakan siap menjadi presiden Filipina, tetapi belum memutuskan apakah akan tampil sebagai kandidat oposisi utama Partai Liberal atau tidak, dalam pemilu yang akan digelar tiga tahun mendatang.

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini: 

2 dari 3 halaman

Duterte Tak Ingin Robredo Menggantikannya

Pada puncak pertanyaan tentang kesehatannya bulan lalu, Duterte mengatakan dia tidak ingin Robredo menggantikannya.

Sang presiden yang pernah menjabat sebagai wali kota Davao --kota terbesar di Pulau Mindanao-- menggambarkan Robredo "tidak mampu menjalankan negara".

Di lain pihak, Robredo telah memimpin oposisi tehadap kebijakan perang narkoba oleh pemerintah Duterte, yang telah menewaskan ribuan orang.

Robredo (54) memasuki politik sebagai anggota kongres Filipina pada 2013, setahun setelah suaminya, Menteri Dalam Negeri Jesse Robredo, meninggal dalam kecelakaan pesawat.

Sebagai seorang pengacara dengan gelar ekonomi, Robredo mendorong aturan yang mengharuskan pejabat mengungkapkan kekayaan mereka, dan memungkinkan warga untuk berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan lokal.

Dia terpilih sebagai wakil presiden berkat kampanye anti-kemiskinan, di mana berjanji untuk membantu pemberdayaan kelompok masyarakat kurang mampu.

3 dari 3 halaman

Duterte vs Robredo Terus Berlanjut

Robredo mengatakan dia bertekad untuk menyelesaikan masa jabatan enam tahunnya, sekaligus bertahan dari serangan kritik Ferdinand Marcos Jr, putra mendiang diktator yang dikalahkannya pada 2016.

Sementara di sisi lain, Duterte lebih memilih Marcos sebagai penerus terpilihnya.

Di saat bersamaan, Robredo juga tengah diselidiki oleh Kementerian Kehakiman Filipina, terkait laporan polisi bahwa dirinya dituding berkomplot dengan para pemuka agama dan anggota oposisi untuk menggulingkan Duterte.

Seorang pendukung dekat Duterte juga pernah mengancam akan memakzulkan Robredo, karena mendukung penyelidikan terhadap perang narkoba.

Robredo membalas semua serangan itu sebagai "laporan palsu".