Sukses

Tingkatkan Kerja Sama dengan RI, Inggris Buka Lagi Beasiswa Chevening

Pemerintah Inggris mengupayakan peningkatan mutu pendidikan Indonesia melalui beasiswa Chevening.

Liputan6.com, Jakarta - Duta Besar Inggris untuk Indonesia yang baru saja dilantik, Owen Jenkins, secara resmi meluncurkan Beasiswa Chevening untuk periode 2020-2021 pada Selasa, 13 Agustus 2019 di Jakarta.

Dalam sebuah konferensi pers yang digelar pada Rabu, 14 Agustus 2019 di Kedutaan Besar Inggris di Jakarta, Jenkins menjelaskan bahwa program bergengsi tersebut akan diberikan kepada individu yang memiliki potensi sebagai seorang pemimpin, dengan latar belakang yang menarik. 

"Selain jiwa kepemimpinan, kami juga mengharapkan sosok tersebut adalah mereka yang di masa mendatang akan mengambil keputusan, pembentuk opini yang memberikan dampak baik bagi pembangunan negara," ujar Dubes Owen saat memebrikan sambutan.

Pada kesempatan itu juga, Jenkins membuka sesi diskusi bersama para alumni Chevening yang sempat mengenyam bangku S2 di Britania Raya.

Ia berharap kerja sama ini dapat meningkatkan peluang investasi serta hubungan bilateral antara Inggris dan Indonesia, karena menurutnya Negara Tiga Singa tersebut punya empat universitas terbaik di dunia.

"Kami memiliki empat universitas terbaik," kata Dubes Owen. "Kami senang mengetahui bahwa orang-orang muda Indonesia pergi ke Inggris (untuk bersekolah), dan (Indonesia-Inggris) bisa membangun hubungan baik."

Upaya peningkatan mutu pendidikan pun diharapkan dapat dijalin melalui kemitraan ini. Selain biaya hidup selama di Inggris, para calon penerima Beasiswa Chevening pun akan mendapatkan anggaran untuk kuliah dan dana lainnya hingga pendidikan gelar master mereka selesai.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 3 halaman

Dihadiri Alumni Chevening dari Indonesia

Beasiswa Chevening adalah program pascasarjana yang ditujukan bagi siapa saja (WNI) yang ingin merasakan edukasi di Inggris. Mereka bebas memilih universitas manapun sesuai dengan minat dan keinginan mereka.

Untuk tahun ini, pemerintah dari negara yang dipimpin oleh Ratu Elizabeth II itu menargetkan dapat memberikan 63 beasiswa kepada WNI.  

Dalam konferensi pers yang digelar kemarin, turut dihadiri pula oleh alumni dari peraih Chevening. Mereka memberikan testimoni, kiat-kiat mendapatkan beasiswa, membagikan pengalaman, dan memyampaikan pesan kepada calon pelamar.

Para alumni tersebut di antaranya penulis novel "Negeri 5 Menara", Anwar Fuadi; pendiri Mimi Institute, Mimi Mariani Lusli; Noor Huda Ismail, pendiri Yayasan Prasasti Perdamaian; dan Marissa Anita, jurnalis dan presenter sebuah media swasta di Tanah Air.

Salah satu alumni, Mimi Mariani, adalah seorang penyandang disabilitas. Dia mendapat pengalaman menarik selama kuliah di Inggris. Dengan mengikuti program ini, dia ingin memperjuangkan hak-hak difabel.

Selama di Inggris, dia mempelajari sistem pendidikan yang diberikan kepada para penyandang disabilitas, dengan harapan, dia bisa menerapkannya di Indonesia.

"Saya sangat terbantu dengan adanya program ini Chevening ini. Kebutuhan saya disediakan dengan baik, mulai dari buku hingga alat bantu," kata Mimi yang merupakan lulusan Leeds University jurusan Komunikasi Internasional.

 

3 dari 3 halaman

Seputar Beasiswa Chevening

Beasiswa Chevening adalah program beasiswa global pemerintah Inggris yang telah berjalan selama 35 tahun (sejak 1983). Lebih dari 1.700 orang Indonesia telah menerima Beasiswa Chevening selama periode itu.

Chevening memberi siswa kesempatan untuk belajar untuk gelar Master atau gelar akademik yang diberikan kepada lulusan program pendidikan Magister (S-2) di Inggris.

Program ini menargetkan mereka yang berpotensi untuk menjadi pemimpin, pembuat keputusan dan pembentuk opini di Indonesia yang akan memberikan kontribusi positif bagi masa depan Indonesia.

Menurut informasi yang didapatkan dari perwakilan Inggris untuk Indonesia.

Chevening terbuka untuk siapa saja yang telah menyelesaikan gelar S1 mereka dan memiliki setidaknya 2 tahun pengalaman kerja. Program itu juga disebut tidak memiliki batasan umur.

 

Reporter: Hugo Dimas