Sukses

5 Fakta Zakir Naik di Malaysia, 'Diberi Hati' hingga Terancam Angkat Kaki

Berikut adalah lima fakta tentang keberadaan Zakir Naik di Malaysia yang jadi kontroversi.

Liputan6.com, Putrajaya - Nama Zakir Naik tengah santer jadi sorotan. Ustaz kondang dari India itu menjadi buah bibir di Negeri Jiran, dengan sejumlah pihak di kabinet menentang izin tinggalnya. Bukan tanpa alasan, penceramah ini dituding memberikan pernyataan berbau rasis di negeri multi-etnis.

Pemilik nama lengkap Zakir Abdul Karim Naik (53) itu merupakan seorang dokter medis. Ia sarjana bergelar bidang bedah, namun juga dikabarkan aktif dalam bidang dakwah.

Perjalanan karier Zakir Naik dimulai dari Mumbai India, kota kelahirannya. Ia lalu dituduh melakukan pencucian uang dan menyampaikan pidato kebencian oleh New Delhi. Sang ustaz berkali-kali membantah hal itu lalu ia keluar dari Negeri Mahabrata itu dan tinggal di Malaysia.

Berikut adalah lima fakta tentang keberadaan Zakir Naik di Malaysia, seperti yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Jumat (16/8/2019):

Simak pula video pilihan berikut:

2 dari 6 halaman

1. Dikejar India

India menuduh Zakir Naik telah menggelapkan uang sebanyak 193 crore Rupee (setara US$ 27 juta).

Islamic Research Foundation (IRF), dana perwalian asal Mumbai dan yang dipromosikan dan dikendalikan oleh Naik, "diduga menerima dana dalam bentuk sumbangan dan zakat dari donor dalam negeri maupun luar negeri dari negara-negara seperti Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Bahrain, Kuwait, Oman dan Malaysia antara lain," lanjut ED seperti dikutip dari Economic Times India.

Tak hanya itu, National Investigation Agency atau NIA juga telah memasukkan sang ustaz ke dalam daftar Unlawful Activities (Prevention) Act terkait dugaan keterkaitannya dengan terorisme.

NIA telah menyelidiki pidato Zakir yang diduga menghasut pemuda untuk melakukan tindakan teror. NIA pun memutuskan untuk mencabut paspornya setelah ulama itu mangkir dalam panggilan penyelidikan.

Pemerintah India secara resmi telah mencabut paspor ulama Zakir Naik, namun penceramah itu lalu berada di Malaysia. India dengan segala upayanya, selalu mengejarnya.

3 dari 6 halaman

2. Di Malaysia dengan Paspor Arab Saudi

Pencabutan paspor oleh imigrasi Mumbai membuat Zakir tak memiliki status warga negara, lapor Times of India. Namun ia berdomisi di Malaysia dengan paspor Arab Saudi.

New Delhi pada Senin 10 Juni lalu sempat meminta bantuan Interpol (organisasi yang mengorganisasikan kerja sama kepolisian antar negara). Khususnya, untuk mengekstradisi penceramah Zakir Naik.

Bagaimanapun kontroversi tentang Naik tetap bergulir. Tak hanya India, Amerika Serikat mengecam Naik atas komentar yang menyebut Tragedi 9/11 adalah "pekerjaan orang dalam" dan menuding pemerintahan Negeri Paman Sam berperan dalam 'menciptakan' Osama bin Laden.

Naik juga dituduh mengilhami calon teroris seperti Najibullah Zazi, orang Afghan-Amerika yang terkait dengan plot serangan subway di New York City pada 2009, yang disebut sebagai "pengagum" khotbah pria kelahiran Mumbai itu.

4 dari 6 halaman

3. Malaysia Memberi Hati

Zakir Naik mendapat angin segar. Pasalnya, Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad mengatakan, negaranya berhak menolak permohonan ekstradisi Naik ke India.

Mahathir mengklaim, Zakir Naik mungkin "akan menerima persidangan yang tak adil di tanah kelahirannya jika Malaysia memenuhi permohonan ekstradisi ke India," demikian seperti dikutip dari Economic Times India.

Mahathir membandingkan situasi dengan Australia yang menolak mengekstradisi mantan anggota Polis Diraja Malaysia, SirulAzhar Umar, yang dijatuhi hukuman mati di Malaysia pada 2015 karena membunuh seorang model Mongolia, Altantuya Shaariibuu.

"Kami meminta Australia mengekstradisi Sirul dan mereka khawatir kami akan mengirimnya ke tiang gantungan," kata perdana menteri menganalogikan situasi Zakir Naik.

Baru-baru ini, meski banyak pejabat tak ingin memberi izin tinggal Zakir Naik, Mahathir Mohammad mengatakan, Zakir Naik tidak dapat dikirim kembali ke India karena "takut akan dibunuh" di sana.

"Jika ada negara lain yang ingin menerimanya (memberikan suaka untuk Zakir Naik), mereka dipersilakan," kata Mahathir, menurut Bernama.

5 dari 6 halaman

4. Dituding Berpidato Rasis di Negeri Multi-etnis

Keberadaan Zakir Naik di Malaysia lalu mengundang kontroversi, khususnya setelah pidatonya yang dianggap rasis.

Dalam sebuah ceramah, Zakir Naik menyebut "umat Hindu di Asia Tenggara memiliki hak 100 kali lebih banyak dibanding minoritas muslim di India, meski mereka kadang-kadang percaya pada pemerintah India lebih dari Malaysia."

Menteri Sumber Daya Manusia Malaysia M Kulasegaran telah mengatakan, komentar Zakir Naik dapat memecah belah negara multietnis itu. Ia lalu mengatakan, Naik tidak pantas berstatus penduduk tetap.

Asosiasi Patriot Nasional, sekelompok veteran militer dan polisi Malaysia, juga mengecam komentar Naik. Mereka mengatakan, banyak etnis India di Malaysia telah bertugas di pasukan keamanan negara itu. 

Zakir Naik Membantah

Sementara itu Zakir Naik berulang kali membantah tuduhan yang diberikan oleh pihak pejabat Malaysia. 

"Pujian saya kepada pemerintah Malaysia untuk perlakuan Islam dan adil terhadap minoritas Hindu sedang diputarbalikkan dan salah kutip untuk memenuhi keuntungan politik dan menciptakan keretakan komunal," katanya dalam sebuah pernyataan kepada wartawan.

6 dari 6 halaman

5. Terancam Angkat Kaki

Keberadaan Zakir Naik di Malaysia terancam tak bisa lebih lama lagi. Rapat kabinet Malaysia yang membahas izin tinggal permanen bagi ustaz kontroversial Zakir Naik telah dilakukan.

Sebanyak empat menteri menuntut pengusirannya, karena diduga memberikan pernyataan berbau rasis yang sangat sensitif di Negeri Jiran yang multi-etnis.

"Kami telah menyatakan posisi kami, yaitu bahwa tindakan harus diambil dan bahwa Zakir Naik seharusnya tidak lagi diizinkan untuk tetap di Malaysia," kata Gobind Singh Deo, Menteri Komunikasi dan Multimedia Malaysia, dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Al Jazeera.

Perdana menteri telah memperhatikan kekhawatiran kami. Kami menyerahkan kepadanya untuk mempertimbangkan posisi dan memutuskan secepat mungkin apa yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut," lanjutnya.

Ras dan agama adalah masalah sensitif di Malaysia. Muslim memang menjadi mayoritas, sekitar 60 persen dari 32 juta penduduknya; namun negeri itu tetap membangun hubungan harmonis dengan warga penganut kepercayaan lain, termasuk etnis China dan India yang sebagian besar pemeluk Hindu.