Liputan6.com, Pyongyang - Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un kembali mengawasi peluncuran "senjata baru" menurut media pemerintahnya pada Sabtu, 17 Agustus 2019. Hal itu dinilai kian mempersulit upaya denuklirisasi.
Peluncuran terbaru itu berlangsung pada hari Jumat, menjadi uji senjata Korut keenam kalinya dalam beberapa pekan terakhir, seperti dikutip dari Channel News Asia, Sabtu (17/8/2019).
Baca Juga
Tes yang bertubi-tubi itu disinyalir sebagai bentuk protes negeri pimpinan Kim Jong-un atas latihan militer tahunan AS dan Korea Selatan, yang menurut Pyongyang dianggap sebagai latihan untuk menginvasi negaranya.
Advertisement
Para pejabat pertahanan Korea Selatan mengatakan, Korut menembakkan apa yang tampak sebagai dua rudal balistik jarak pendek. Proyektil yang proses ujinya disaksikan Kim Jong-un itu terbang sekitar 230 km sebelum jatuh di lautan antara semenanjung Korea dan Jepang.
Tes Berakhir 'Sempurna'
Sebuah laporan oleh Kantor Berita Pusat resmi Korea mengatakan tes itu memiliki "hasil sempurna", yang berarti akan memperkuat kepercayaan Korut terhadap senjata jenis baru itu.
Pyongyang secara rutin mengungkapkan kemarahannya pada pertandingan perang, tetapi di masa lalu telah menghindari melakukan tes saat manuver sedang berlangsung.
Laporan KCNA muncul setelah Pyongyang menyebut Presiden Korea Selatan Moon Jae-in "kurang ajar" karena berharap untuk melanjutkan pembicaraan antar-Korea sambil melanjutkan latihan militer dengan Washington.
Rencana untuk melanjutkan perundingan tingkat kerja antara Korea Utara dan Washington tampaknya telah terhenti sejak pertemuan Juni yang dadakan antara para pemimpin kedua negara.
Uniknya, Presiden AS Donald Trump sempat mengatakan setuju dengan keberatan Kim terhadap latihan militer.
Advertisement
Dilakukan Sebelum Utusan AS ke Korsel
Uji coba senjata baru itu dilakukan sebelum utusan khusus AS untuk Korea Utara melakukan perjalanan ke Jepang dan Korea Selatan. Kunjungan itu akan berlangsung minggu depan, dalam pembicaraan mengenai denuklirisasi Utara, kata Departemen Luar Negeri AS pada Jumat.
Korea Utara mengatakan pembicaraan nuklir akan "ketat" antara Pyongyang dan Washington, menolak untuk mengadakan dialog terpisah dengan Korea Selatan.
"Kami tidak memiliki apa pun untuk berbicara lagi dengan pihak berwenang Korea Selatan atau tidak punya ide untuk duduk bersama mereka lagi," kata Korea Utara hari Jumat.
Washington, sekutu keamanan Seoul, menempatkan hampir 30.000 tentara di Korea Selatan untuk mempertahankannya dari tetangganya.