Liputan6.com, Jakarta - Kita biasanya menghabiskan banyak waktu bersama keluarga. Saking seringnya, tak ayal dari beberapa waktu itu kita kerap merasa kesal dan marah kepada mereka.
Secara umum, momen amarah dan kesal itu cepat berlalu, dan tidak ada yang terluka. Waktu biasanya jadi penyembuh dan kita bisa berinteraksi seperti sedia kala.
Advertisement
Baca Juga
Tetapi, pada beberapa kasus, seseorang bisa merasa sangat marah kepada anggota keluarga sehingga melampiaskannya menjadi sebuah tindak pembunuhan.
Berikut, 5 kisah pria yang membantai anggota keluarga sendiri, seperti dikutip dari Listverse, Minggu (18/8/2019). Jadikan kisah-kisah di bawah berikut sebagai sebuah contoh dan pembelajaran yang sama sekali tidak boleh kita tiru.
1. Charlie Lawson
Charlie Lawson, seorang petani sederhana dari Carolina Utara, Amerika Serikat, membunuh keluarganya sendiri pada Natal 1929, yang terdiri dari seorang istri dan tujuh orang anak.
Seorang putra Lawson, Arthur yang berusia enam belas tahun adalah satu-satunya anggota keluarga yang masih hidup, yang berkarier sebagai polisi di kota.
Dan ketika Arthur beserta polisi lain datang menghampiri rumahnya usai menerima laporan dari keributan dari warga, mereka mendengar suara tembakan Charlie Lawson yang bunuh diri.
Alasan pasti mengapa Lawson membunuh seluruh keluarganya tidak pernah diketahui. Beberapa berteori bahwa cedera kepala yang dideritanya berbulan-bulan sebelumnya menyebabkan perubahan kepribadiannya.
Yang lain percaya bahwa ia memiliki hubungan sedarah dengan putri sulungnya, Marie dan membuatnya hamil. Sehingga, aksi membunuh keluarga yang dilakukan Charlie adalah untuk menutupi dosa-dosanya.
Advertisement
2. James Urban Rupert
James Urban Ruppert digambarkan sebagai orang sederhana dan pendiam. Seorang lelaki kutu buku, dia tinggal di rumah bersama ibunya, Charity, menganggur, dan belum pernah menikah.
Sebagai perbandingan, kakak laki-lakinya Leonard Jr. telah menikah dengan mantan pacar James, memiliki delapan anak dan karier yang sukses, dan memiliki rumah sendiri.
Charity dan Leonard Jr frustrasi dengan perilaku James. Dia terus-menerus meminjam uang dari mereka untuk berinvestasi --namun gagal-- dan pergi ke pub di ujung jalan. Charity telah mengancam beberapa kali untuk mengusir James keluar dari rumah, dan malam sebelum Paskah 1975, ancamannya menjadi serius, ia mengusir James.
James yang marah pergi ke pub favoritnya untuk minum dan melampiaskan rasa frustrasinya dengan keluarganya kepada siapa pun yang mau mendengarkan.
Keesokan harinya, James, yang mabuk dan tidak ingin bersosialisasi, tidur, sementara Leornard Jr. dan keluarganya datang ke rumah untuk makan malam Paskah.
Sekitar pukul 18.00, James mengisi Magnum 357, dua pistol kaliber 22, dan senapan dan turun.
Dia menembak ibu, saudara laki-lakinya, ipar perempuan Alma, keponakannya David, Teresa dan Carol, yang semuanya ada di dapur.
James kemudian memasuki ruang tamu, menembak keponakannya yang lain Ann, Leonard III, Michael, Thomas, dan John.
Secara total, James membunuh semua 11 anggota keluarganya di rumah dalam waktu lima menit.
James dinyatakan bersalah atas dua tuduhan pembunuhan tingkat pertama untuk ibu dan saudara laki-lakinya, tetapi dinyatakan tidak bersalah atas sembilan tuduhan pembunuhan lainnya karena alasan penyakit jiwa.
Dia saat ini menjalani dua hukuman seumur hidup berturut-turut di Lembaga Pemasyarakatan Allen Oakwood di Lima, Ohio, dan memiliki sidang pembebasan bersyarat untuk April 2025, ketika dia akan berusia 91 tahun.
3. Simon Peter Nelson
Pada Januari 1978, setelah menerima telepon dari Ann Nelson di Milwaukee, Wisconsin, bahwa suaminya, Simon Peter Nelson, mungkin telah melukai anak-anak mereka, para petugas dari departemen kepolisian Rockford, Illinois, memeriksa perimeter rumah sebelum menerobos jendela terbuka di teras depan untuk masuk.
Dan para polisi itu melihat pemandangan yang mengerikan. Enam anak nelson tewas mengenaskan.
Setelah membunuh anak-anak, Nelson pergi ke Milwaukee untuk menyerang istrinya, yang telah berencana untuk menceraikannya dan tinggal bersama saudara perempuannya sementara dia merenungkan hubungan itu.
Nelson dijatuhi hukuman 100 hingga 200 tahun penjara karena pembunuhan. Karena sistem hukuman yang tidak ditentukan pada waktu itu, ia memenuhi syarat untuk pembebasan bersyarat setiap satu hingga lima tahun tetapi ditolak lebih dari 15 kali, hingga ia meninggal di dalam penjara pada 2017 pada usia 85.
Advertisement
4. Abel Clemmons
Mengklaim bahwa ia takut anak-anaknya akan kelaparan dan bahwa 'kekuatan yang lebih tinggi' akan memanggilnya, Abel Clemmons (beberapa sumber mengejanya “Clemmens”) melakukan hal yang tidak terpikirkan pada bulan November 1805: membunuh istrinya yang sedang hamil lima bulan dan delapan anak mereka yang masih kecil ketika mereka tidur di rumahnya di Clarksburg, Virginia.
Keesokan paginya, seorang tetangga bernama Neisly, yang telah membeli beberapa tanah Clemmons, mampir dan melihat bahwa Clemmons berada dalam keadaan agitasi ekstrem.
Namun, Neisly tidak berpikir ada sesuatu yang terlalu mencurigakan tentang perilaku Clemmons dan menganggap bahwa keluarga itu masih tidur, ketika dia tiba di rumah di pagi hari.
Namun, pada siang hari, saudara laki-laki Clemmons datang ke rumah. Setelah hanya menemukan Clemmons bangun, ia menyelidiki dan menemukan istri Clemmons meninggal di tempat tidur sambil menggendong seorang anak bayi dan kemudian anak-anak lain meninggal di kamar mereka.
Dia menuduh saudaranya dan melapor ke tetangga, sementara Clemmons melarikan diri ke daerah berbatu di hutan.
Setelah beberapa hari bersembunyi, Clemmons, mengklaim kesedihan dan kelaparan, meninggalkan lokasi persembunyiannya dan menyerahkan diri kepada polisi. Dia mengaku tidak bersalah, tetapi diadili, dinyatakan bersalah, dan dihukum gantung pada 1806 dekat Decker’s Creek di Morgantown.
Beberapa tinjauan atas kasus Clemmons menyebut bahwa pria itu mungkin mengalami kondisi gangguan jiwa. Namun, pada saat ia disidangkan pada 1805 - 1806, konsep "gangguan jiwa" belum bisa digunakan sebagai basis argumen dalam sebuah proses peradilan di Amerika Serikat.
5. Ronald Lee Haskell
Melanie Kaye Lyon tak pernah menyangka bahwa dengan menceraikan suaminya, Ronald Lee Haskell, permasalahan hidupnya bisa hilang begitu saja.
Melanie, usai bercerai dengan suaminya, pergi untuk tinggal bersama saudarinya, Katie, di Harris County, Texas.
Melanie berharap bahwa tahun-tahun penganiayaannya oleh Haskell akhirnya akan berakhir.
Namun pada 9 Juli 2014, Haskell akan menyebabkan lebih banyak rasa sakit bagi Melanie dengan pergi menyerang keluarga saudarinya.
Menyamar sebagai kurir FedEx, Haskell mendekati rumah Katie, dan anak perempuannya yang berusia 15 tahun, Cassidy, membukakan pintu.
Cassidy, yang tidak mengetahui bahwa Haskell adalah mantan pamannya, mengatakan bahwa orang tuanya tidak ada di rumah dan menutup pintu.
Haskell kembali beberapa jam kemudian, memberi tahu Cassidy bahwa dia adalah mantan pamannya dan kemudian memaksa masuk ke rumah.
Dia mengikatnya dan keempat saudaranya dan membuat mereka semua berbaring telungkup di lantai. Ketika orang tua mereka pulang ke rumah pada hari itu, dia melakukan hal yang sama kepada mereka, berulang kali menanyakan di mana mantan istrinya, Melanie.
Tidak ada seorang pun anggota keluarga Katie yang mengatakan kepadanya di mana Melanie berada, dan dia menembak masing-masing para korban di kepala sebelum melarikan diri dari tempat kejadian dengan mobil.
Enam korban, Stephen, Katie, Bryan, Emily, Rebecca, dan Zachary, meninggal, dengan Cassidy menjadi satu-satunya yang selamat setelah berpura-pura mati usai terkena peluru. Dia dapat menelepon polisi, mengidentifikasi Haskell, dan memberi tahu mereka bahwa dia akan mengejar kakek-neneknya selanjutnya.
Polisi menemukan Haskell di dekat rumah kakek-neneknya di Spring, Texas, dan setelah kebuntuan selama tiga jam, mereka menangkap Haskell.
Haskell didakwa dengan enam dakwaan pembunuhan berencana dan divonis hukuman mati.
Advertisement