Sukses

Tanker Pemicu Konflik Iran-Inggris Resmi Dibebaskan dari Gibraltar

Sebuah tanker minyak yang menjadi pemicu konflik Iran-Inggris telah resmi dibebaskan dari penahanannya di Gibraltar.

Liputan6.com, Gibraltar - Supertanker berbendera Iran, yang menjadi pemicu pertikaian diplomatik dengan Inggris, dan juga meningkatkan ketegangan di Teluk Persia, dilaporan telah meninggalkan Gibraltar pada Minggu malam, menurut data pelayaran terkini.

Situs pemantau lalu lintas laut Refinitiv menunjukkan kapal tersebut bergerak menjauh dari Gibraltar, yang merupakan wilayah koloni Inggris, tempat di mana armada tanker itu ditahan selama enam pekan.

Dikutip dari The Guardian pada Senin (19/8/2019), kabar di atas muncul beberapa jam setelah Gibraltar menolak permintaan terakhir Amerika Serikat (AS) untuk menahan tanker minyak Grace-1 --yang dinamai Adrian Darya-1 oleh Iran-- lebih lama lagi.

Tanker tersebut dipenuhi oleh 2,1 juta barel minyak, di mana diperkirakan bernilai US$ 140 juta, atau sekitar Rp 1,9 triliun.

Angkatan Laut Kerajaan Inggris adalah pihak pertama yang menyita tanker tersebut di lepas pantai Gibraltar pada 4 Juli lali, dengan tuduhan membawa minyak untuk Suriah, di mana itu merupakan pelanggaran terhadap sanksi Uni Eropa.

Penyitaan itu mendorong Iran untuk merebut tanker berbendera Inggris, Stena Impero, di Teluk Persia sebagai balasa dua pekan kemudian. Hal tersebut memicu krisis dalam hubungan diplomatik kedua negara, dan juga meningkatkan ketegangan yang terjadi lebih dulu dengan AS.

Inggris merespons tindakan Iran dengan mengirimkan kapal perang kedua ke Teluk Persia, dengan dalih sebagai perlindungan lebih besar terhadap kapal-kapal niaga berbendera negaranya.

Iran terus membantah bahwa super tanker miliknya berlayar menuju Suriah.

Penahanan kapal terkait diduga telah berakhir pekan lalu, setelah Iran memberikan komitmen tertulis kepada otoritas Gibraltar ahwa kapal itu tidak akan berlayar ke Suriah, atau di mana pun yang dicakup oleh sanksi Uni Eropa.

2 dari 3 halaman

Ada Ketidakpastian Hukum Baru

Tetapi ada ketidakpastian hukum baru pada Jumat pekan lalu, ketika pengadilan federal di Washington mengeluarkan surat perintah penyitaan supertanker Iran, karena terindikasi melanggar sanksi AS terhadap Iran.

AS mengklaim tanker itu dikendalikan melalui jaringan perusahaan-perusahaan etalase oleh Garda Revolusi Iran, yang menjadi target sanksi, dan ditetapkan sebagai organisasi teroris.

Namun, Gibraltar mengatakan pada hari Minggu bahwa mereka tidak dapat memenuhi permintaan itu, karena terikat oleh hukum Uni Eropa.

"Sanksi Uni Eropa terhadap Iran secara fundamental berbeda dengan AS," kata pejabat Gibraltar.

Pihak berwenang di sana menambahkan bahwa Garda Revolusi Iran tidak dinilai sebagai organisasi teroris di bawah hukum Uni Eropa, Inggris atau Gibraltar.

Tanpa persetujuan wilayah terkait atas permintaan AS, tidak ada hambatan hukum yang tersisa untuk supertanker Iran tersebut.

3 dari 3 halaman

Iran Sebut Kemenangan Diplomatik

Sementara itu, menurut kepala staf pemerintahan Hassan Rouhani di Iran, Mahmoud Vaezi, mengatakan kepada kantor berita lokal Mehr bahwa pembebasan itu adalah "kemenangan diplomatik".

Pejabat lain menambahkan Iran tidak membuat komitmen tentang tujuan pelayaran niaganya di masa depan, dan tetap membantah Suriah adalah tujuan utamanya.

Namun, pendapat Iran itu dinilai oleh Gibraltar sebagai "pernyataan politii

Itu mendorong Gibraltar untuk menuduh Iran membuat "pernyataan politik yang mementingkan diri sendiri".

Jaminan tertulis telah diberikan pada awal pekan ini, Gibraltar mengindikasikan, dan "bukti yang ada dalam supetanker" menunjukkan bahwa tujuannya benar menuju Suriah.

Fabian Picardo, kepala menteri Gibraltar, mengatakan dia telah diyakinkan secara tertulis oleh pemerintah Iran bahwa tanker itu tidak akan menurunkan muatannya di Suriah.

Teheran mengatakan siap untuk mengirim armada angkatan lautnya untuk mengawal supertanker itu jika diperlukan.