Liputan6.com, Hong Kong - Protes di Hong Kong terus berlanjut pada Minggu 18 Agustus, di mana penyelenggara kali ini mengatakan sebanyak 1,7 juta orang berpartisipasi di dalamnya, di tengah peringatan yang semakin keras dari China.
Namun, polisi Hong Kong mengatakan angka partisipan protes kali ini lebih rendah, yakni sekitar 128.000 orang, di mana hanya dihitung dari jumlah demonstran yang disetujui secara resmi.
Advertisement
Baca Juga
Dikutip dari BBC pada Senin (19/8/2019), demonstran dan polisi telah terlibat bentrok di Hong Kong selama 11 pekan terakhir, namun protes terbaru diklaim berjalan damai.
Penyelenggara protes, Civil Human Rights Front, ditolak pengajuan otorisasinya oleh pemerintah Hong Kong, tetapi polisi mengizinkan protes digelar secara terbatas di Victoria Park, taman publik lokal terbesar yang berlokasi di distrik Causeway Bay.
Kerumunan besar juga dilaporkan berunjuk rasa di sekitar distrik Admiralty yang merupakan pusat pemerintahan kota eks koloni Inggris tersebut, dan distrik komersial Wan Chai.
Meski menentang larangan berdemo, namun menurut polisi, aksi tersebut berjalan damai dan tertib. Larangan pun sedikit dilonggarkan, meski kemudian diimbau keras untuk bubar saat menjelang sore waktu setempat.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Tetap Mempengaruhi Lalu Lintas Hong Kong
Seorang juru bicara pemerintah Hong Kong mengatakan, bahwa meskipun demonstrasi pada umumnya berjalan damai, namun hal itu tetap mempengaruhi lalu lintas dan menyebabkan banyak ketidaknyamanan.
"Hal terpenting saat ini adalah memulihkan ketertiban sosial sesegera mungkin," tambah juru bicara terkait.
Protes Hong Kong dipicu oleh RUU Ekstradisi yang kontroversial, di mana berpotensi memicu pemindahan tersangka secara sepihak ke China daratan.
Meski RUU tersebut telah ditangguhkan, namun protes meluas menjadi tuntutan reformasi demokratis dan penyelidikan atas tuduhan kekerasan oleh polisi.
Kekerasan telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir, di mana polisi Hong Kong sering menembakkan gas air mata dan peluru karet ke arah demonstran.
Pekan lalu, demonstran sempat menduduki Bandara Internasional Hong Kong (HKIA), menyebabkan ratusan penerbangan dibatalkan.
Gejolak ini telah menjerumuskan salah satu pusat keuangan terkemuka Asia itu ke dalam krisis. Banyak lokasi komersial memilih tutup selama akhir pekan di tengah kekhawatiran kekerasa akan berlanjut.
Advertisement
Pemerintah China Mengeraskan Retorikanya
Sementara itu, pemerintah China mengeraskan retorikanya setelah pendudukan HKIA, dan mengutuknya sebagai "perilaku yang dekat dengan terorisme".
Ini adalah kedua kalinya dalam sepekan para pejabat China secara terbuka menyamakan protes Hong Kong dengan aktivitas teroris.
Beberapa pengamat percaya bahwa penggunaan berulang bahasa seperti itu menunjukkan bahwa China kehilangan kesabaran terhadap para pengunjuk rasa, serta menandakan bahwa intervensi oleh Beijing semakin mungkin.
Pekan lalu, ribuan polisi bersenjata telah ditempatkan di Kota Shenzhen, yang berbatasan langsung dengan Shenzhen.
"Jika situasi Hong Kong memburuk ke titik yang tidak dapat dikendalikan oleh pemerintah Hong Kong, pemerintah pusat tidak akan duduk dan menonton," kata Chen Wen, duta besar China untuk Inggris, kepada BBC Radio 4.
"Kami memiliki kekuatan dan solusi yang cukup untuk mengatasi kerusuhan dalam batas hukum dasar," lanjutnya.