Liputan6.com, Manila - Pemerintah Filipina telah membentuk tim manajemen krisis untuk menentukan apakah virus flu babi Afrika yang mematikan itu telah mencapai negaranya. Langkah ini diambil setelah para pejabat mendeteksi adanya peningkatan kematian babi di beberapa daerah.
Kasus peningkatan kematian babi yang dipelihara oleh warga Filipina telah dikonfirmasi oleh Biro Industri Hewan. Uji laboratorium lebih lanjut dibutuhkan untuk meyakinkan adanya wabah flu babi itu, seperti dikatakan oleh Menteri Pertanian William Dar, lapor Channel News Asia, Senin (19/8/2019).
Advertisement
Baca Juga
Tim krisis akan menerapkan langkah-langkah untuk "mengelola dan mengendalikan penyakit hewan yang dicurigai atau penyakit".
Tim itu telah mengarahkan biro untuk melakukan tes laboratorium demi konfirmasi lebih lanjut, termasuk mengirim sampel darah ke laboratorium asing, untuk menentukan penyebab kematian babi.
Saat ini, Filipina telah melarang impor khususnya produk-produk berbahan dasar daging babi seperti dari Jerman, Korea Utara, Belgia, Hongaria, Latvia, Polandia, Rumania, Rusia, Ukraina, Bulgaria, Republik Ceko, Moldova, Afrika Selatan, Zambia, dan Mongolia.
Â
Simak pula video pilihan berikut:
Flu Babi Bahayakan Ternak dan Satwa Liar
Flu babi yang berasal dari Afrika menyebabkan demam tinggi, kehilangan nafsu makan, pendarahan, dan kematian pada babi domestik dan liar. Meski demikian, jenis penyakit itu tidak menimbulkan risiko kesehatan bagi manusia, lapor CNA.
Kasus flu babi pernah menggegerkan sejumlah negara di Asia Tenggara pada tahun lalu. Para pemangku kebijakan kala itu berfokus melakukan perlindungan terhadap industri babi yang mencapai nilai US$ 5 miliar, mengingat sangat menularnya penyakit tersebut dan belum ada obatnya.
Adapun saat ini sejumlah negara seperti Vietnam, Laos, dan China telah melarang produk berbahan dasar daging babi sebagai tindakan preventif.
Â
Advertisement