Liputan6.com, Sriharikota - Misi India untuk menapaki Bulan sepertinya kian dekat mencapai keberhasilan. Rover keduanya kini dilaporkan telah mulai mengorbit Bulan, hampir sebulan setelah Chandrayaan-2 diluncurkan, kata para pejabat mengkonfirmasi.
Manuver untuk mengirim Chandrayaan-2 ke orbit Bulan selesai pada pukul 09.02 waktu setempat (04:32 GMT) pada Selasa (20/8/2019) ssperti diberitakan BBC.
Chandrayaan-2 diluncurkan dari stasiun luar angkasa Sriharikota pada 22 Juli, sepekan setelah terjadi ledakan yang menghentikan jadwal peluncuran akibat hambatan teknis.
Advertisement
India berharap misi senilai $ 145 juta itu akan menjadi yang pertama mendarat di kutub selatan Bulan.
Peluncuran bulan lalu adalah awal dari perjalanan 384.000 km (239.000 mil). Para ilmuwan berharap kendaraan angkasa luar itu akan mendarat di Bulan pada 6 atau 7 September sesuai rencana.
Misi ke Bulan pertama India, Chandrayaan-1, diluncurkan pada 2008, tetapi tidak mendarat di permukaan bulan. Namun kendaraan angkasa itu melakukan pencarian pertama dan paling rinci untuk air di Bulan menggunakan radar.
Chandrayaan-2 (kendaraan Bulan 2) direncanakan mendarat di dekat kutub selatan Bulan yang sedikit dieksplorasi. Misi ini akan fokus pada permukaan bulan, antara lain mencari air dan mineral, dan mengukur gempa bulan.
India menggunakan roketnya yang paling kuat, Geosynchronous Satellite Launch Vehicle Mark III (GSLV Mk-III), dalam misi ini. Beratnya 640 ton (hampir 1,5 kali berat jet jumbo 747) dan setinggi 44 meter (144ft) -- setinggi bangunan 14 lantai.
Sekilas Tentang Chandrayaan-2
Chandrayaan-2 sendiri mempunyai tiga modul, yakni orbiter (pengorbit), lander (pendarat) yang disebut "Vikram", dan rover (penjelajah) yang disebut "Pragyan" -- yang berarti 'kebijaksanaan' dalam bahasa Sansekerta.
Vikram, terinspirasi dari Dr. Vikram A Sarabhai yang merupakan 'Bapak' dari Indian Space Programme. Vikram nantinya harus mendarat di dataran tinggi yang berada di antara dua kawah, "Manzinus C" dan "Simpelius N", yang punya kemiringan sekitar 70 derajat ke selatan.
Dari sana, kendaraan robot beroda enam Pragyan akan berkelana dan menghabiskan selama satu hari di Bulan atau setara dengan dua minggu di Bumi, melakukan eksperimen ilmiah di permukaan Bulan.
ISRO berharap, studi topografi, analisis mineralogi, dan penelitian lainnya yang dilakukan oleh Chandrayaan-2 akan membantu dunia mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang asal usul Bulan --yang konon di masa depan bisa ditinggali oleh manusia.
Dengan menggunakan energi matahari untuk menghidupkan dirinya sendiri, Pragyan dapat berkomunikasi dengan Vikram, yang pada gilirannya dapat mengirim informasi ke Indian Deep Space Network di Byalalu (distrik di selatan Karnataka, India) dan ke orbiter.
Satelit ini berbobot 3.300 kg dan terdiri dari tiga modul, yakni orbiter, lander yang disebut "Vikram", dan rover yang disebut "Pragyan".
Pengorbit akan disematkan kamera pemetaan medan untuk membantu menyiapkan peta 3D permukaan Bulan, spektrometer sinar-X yang mencari elemen utama (termasuk titanium dan natrium), serta kamera resolusi tinggi lainnya untuk membantu modul-modul lain mendarat dengan aman.
Vikram akan dibubuhi instrumen untuk mendeteksi aktivitas seismik di Bulan, dan penyelidikan termal yang akan memeriksa konduktivitas termal permukaan Bulan.
Sementara itu, Pragyan akan memiliki spektrometer sinar-X partikel alfa yang meneliti komposisi unsur permukaan Bulan dan spektroskopi kerusakan yang diinduksi laser yang melihat banyaknya berbagai unsur di sekitar Bulan.
Seluruh misi ini menelan biaya sekitar 10 miliar rupee.
Advertisement
Misi Enam Minggu...
Perjalanan lebih dari enam pekan, jauh lebih lama daripada misi empat hari Apollo 11 yang terjadi 50 tahun lalu untuk mendaratkan manusia di permukaan Bulan untuk pertama kalinya.
Untuk menghemat bahan bakar, badan antariksa India telah memilih rute berputar untuk memanfaatkan gravitasi Bumi, yang akan membantu mendekatkan satelit ke Bulan. India tidak memiliki roket yang cukup kuat untuk meluncurkan Chandrayaan-2 ke jalur langsung.
Sebagai perbandingan, roket Saturn V yang digunakan oleh program Apollo tetap menjadi roket terbesar dan paling kuat yang pernah dibuat.
"Akan ada 15 menit yang menakutkan bagi para ilmuwan begitu kendaraan angkasa luar itu dilepaskan dan dilemparkan ke arah kutub selatan Bulan," kata Kepala Indian Space Research Organisation (ISRO), K Sivan sebelum upaya peluncuran pertama.
Dia menjelaskan bahwa mereka yang telah mengendalikan pesawat ruang angkasa sampai saat itu tidak akan memiliki peran untuk dimainkan pada saat-saat penting itu. Jadi, pendaratan yang sebenarnya hanya akan terjadi jika semua sistem dilakukan sebagaimana mestinya. Kalau tidak, kendaraan angkasa luar bisa menabrak permukaan Bulan.
Awal tahun ini, misi Bulan pertama Israel jatuh ketika mencoba untuk mendaratkan kendaraan angkasa luarnya.