Liputan6.com, Brasilia - Seiring dengan kian populernya tanda pagar (tagar) #SaveAmazonia, terkait kebakaran dahsyat yang melanda hutan hujan Amazon di Brasil, muncul desas-desus bahwa penyebabnya adalah akibat kekalahan industri minyak dalam pertempuran hukum melawan suku asli setempat.
Dikutip dari Express.co.uk pada Kamis (22/8/2019), banyak warganet Brasil menyambungkan teori konspirasi tak berdasar di atas dengan keanehan terkait kebakaran yang melanda hutan hujan Amazon.
"Semuanya mulai masuk akal sekarang. Suku (asli) Amazon memenangkan gugatan terhadap raksasa minyak. Setelah itu terjadi, hutan hujan terbakar. Ini mulai terlihat seperti konspirasi besar," tulis seorang pengguna Twitter dalam pantauan tagar #SaveAmazonia.
Advertisement
Baca Juga
Belum ada bukti yang menunjukkan keterkaitan desas-desus tersebut. Namun, menurut para pengamat, spekulasi muncul secara tidak mengherankan, menyusul serangkaian langkah politik agresif dari presiden Brasil Jair Bolsonaro.
Pemimpin sayap kanan itu telah berulang kali mengatakan akan merebut kembali hutan hujan Amazon dari "campur tangan" LSM, dan menawarkan insentif kepada suku-suku asli agar menyerahkan tanah untuk apa yang ia sebut "kehidupan lebih baik".
Kebakaran terbaru itu terjadi beberapa pekan setelah Bolsonaro memecat kepala Lembaga Penelitian Antariksa Nasional (INPE) Brasil, terkait laporan mereka bahwa kerusakan hutan hujan Amazon semakin meningkat tahun ini.
Pemecatan tersebut mengikuti perombakan besar-besaran pada struktur organisasi Kementerian Lingkunga Brasil.
Â
Â
Simak Video Pilihan Berikut:
Hutan Hujan Amazon Diprediksi Kian Rusak
Sementara itu, suku asli yang memenangkan tuntutan hukum atas eksplorasi minyak di Amazon adalah orang-orang Waorani, yang merupakan penduduk asli hutan hujan tersebut di wilayah Ekuador.
Mereka memenangkan tuntutan hukum terhadap rencana penjualan tanah suci Amazon kepada industri minyak, yang pada awalnya dilelang dan disetujui untuk pembangunan setempat, bukan diserahkan ke sektor bisnis yang membuat mereka kecewa.
Keputusan pengadilan memutuskan bahwa 2.000 suku yang mengajukan tuntutan, belum diajak berkonsultasi sebelum tanah itu dijual.
Pemerintah Ekuador sempat mengajukan banding, tetapi akhirnya kalah ketika panel tiga hakim Pengadilan Provinsi Pastura menguatkan putusan, bahwa suku tersebut tidak diajak berkonsultasi dengan benar, mengakhiri pertempuran hukum selama bertahun-tahun atas tanah tersebut.
Meskipun kebakaran hutan hujan itu berjarak ribuan mil jauhnya dari Ekuador, di mana terjadi di Brasil selatan dan sebagian wilayah Paraguay, namun banyak orang meyakini bahwa desas-desus terkait bisa jadi ada benarnya.
Terlebih, banyak pemantau lingkungan menyebut laju deforestasi kian mengkhawatirkan, dan memungkinkan semakin banyak area hutan hancur di sembilan negara yang dibentang oleh Amazon.
Advertisement