Sukses

Militer Israel Gagalkan Serangan Drone Bermuatan Peledak Diduga Milik Iran

Menanggapi serangan tersebut, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahi memperingatkan Iran bahwa negaranya kebal dari serangan.

Liputan6.com, Tel Aviv - Angkatan Udara Israel menyerang sebuah wilayah di Suriah sebagai bentuk antisipasi serangan yang diduga akan dilancarkan pasukan Iran.

Serangan udara yang dilakukan Israel menggunakan drone yang dipersenjatai bahan peledak, demikian dikutip dari laman Channel News Asia, Minggu (25/8/2019).

Menanggapi serangan tersebut, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan Iran bahwa negaranya kebal dari serangan.

Dalam jumpa pers bersama awak media, Juru Bicara Militer Israel Jonathan Conricus mengatakan bahwa angkatan udara Israel telah menggagalkan upaya penyerangan Iran yang dipimpin pasukan Quds, Suriah.

Menurut Conricus, serangan Israel terjadi di Aqraba, tenggara Damaskus dan menargetkan sejumlah sasaran teror dan fasilitas militer milik pasukan Quds serta milisi Syiah. Tentara Israel, pada Kamis lalu juga mencegah upaya penyerangan lewat drone, tanpa memberi informasi lebih rinci siapa dalang dibalik serangan tersebut.

"Ancamannya signifikan dan drone pembunuh ini mampu menyerang target dengan kapasitas yang signifikan," katanya.

Sebuah sumber militer Suriah yang dikutip oleh kantor berita resmi Sana mengatakan bahwa "Pada Sabtu, pukul 23.30 pertahanan anti-pesawat mendeteksi target musuh dari Golan menuju daerah sekitar Damaskus".

"Agresi itu segera dikonfrontasi dan sejauh ini mayoritas musuh Israel telah dihancurkan sebelum mencapai target," tambah sumber itu.

Saksikan video pilihan di bawah ini: 

2 dari 3 halaman

Rencana Keterlibatan Israel Hadapi Konflik Terbuka AS - Iran

Israel berpotensi melakukan intervensi jika konflik militer terbuka di kawasan Teluk pecah, menyusul eskalasi ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran sejak beberapa waktu terakhir.

"Segala kalkulasi keliru dari Iran akan memicu pergeseran situasi dari zona abu-abu ke zona merah, yakni perseteruan militer," kata Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz dikutip dari The Hill.

"Kami (Israel) harus bersiap untuk ini, Israel akan terus berkomitmen untuk membangun kekuatan militer untuk bersiap jika situasi berubah menjadi skenario menegangkan," tambahnya.

Hubungan AS dan Iran tengah berada pada titik terpanasnya sejak beberapa pekan terakhir. Amerika dilaporkan menambah kehadiran militernya di kawasan Teluk dekat Iran dengan alasan untuk melindungi kepentingan AS di sana.

AS juga menuduh Iran telah menembak jatuh dronenya di wilayah internasional. Sementara Teheran menyatakan bahwa drone tersebut terbang di atas langit kedaulatannya.

Kedua negara juga telah bertukar retorika keras, namun turut mengerdilkan berbagai potensi perang terbuka.

3 dari 3 halaman

Pemicu Ketegangan

Eskalasi ketegangan AS - Iran dipicu oleh keputusan Washington pada 2018 untuk mundur dari kesepakatan pembatasan nuklir Iran 2015 (JCPOA). Alasannya, Negeri Persia melanggar JCPOA dengan melakukan pengayaan uranium melewati batas dan mengembangkan persenjataan nuklir --yang dilarang oleh pakta tersebut.

Sejak itu, Amerika kembali menerapkan sanksi ekonomi terhadap Iran, memicu kemarahan Teheran.

Namun badan atom dan pengawas nuklir internasional mengonfirmasi pekan ini bahwa Iran telah melanggar batas pengayaan uranium yang diatur JCPOA.

Teheran membantah segala tuduhan itu, menyebut bahwa pengembangan uranium mereka masih dalam batas non-persenjataan. Namun, mereka menekan negara-negara Eropa --yang beberapa di antaranya adalah penandatangan JCPOA-- untuk memperbaharui komitmen atas pakta itu. Jika tidak, maka Iran akan kembali melakukan pengayaan uranium.