Sukses

PM Inggris Akan Minta Donald Trump Tak Tingkatkan Perang Dagang dengan China

Perselisihan antara AS dan China semakin terasa pada Jumat lalu ketika Beijing mengumumkan putaran baru tarif pembalasan atas barang-barang AS senilai US$ 75 miliar.

Liputan6.com, Biarritz - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan kepada awak media pada Sabtu, 24 Agustus 2019 bahwa ia akan meminta Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk tidak meningkatkan perang dagang dengan China.

Dikutip dari laman CNN, Minggu (25/8/2019) pernyataan itu sampaikan oleh PM Inggris setelah ia tiba di Biarritz, Prancis untuk KTT G7.

"Saya sangat khawatir dengan jalannya perdagangan dan ekonomi global," kata Johnson.

"Ada banyak jenis orang, yang akan mengambil alasan apa pun untuk mengganggu perdagangan bebas dan menggagalkan kesepakatan perdagangan, dan saya tidak ingin melihatnya," tambah Johnson.

Perselisihan antara AS dan China semakin terasa pada Jumat lalu ketika Beijing mengumumkan putaran baru tarif pembalasan atas barang-barang AS senilai US$ 75 miliar.

Trump merespons dengan janji untuk menaikkan tarif yang harus dibayar importir untuk barang-barang buatan China lebih tinggi lagi.

Ada beberapa tanda kedua pihak akan mengalah, bahkan ketika mereka mengejar perjanjian perdagangan yang lebih besar.

Trump tiba di Prancis Sabtu pagi. Dia dan Johnson dijadwalkan bertemu di sela-sela pertemuan puncak Minggu pagi.

G7 mewakili ekonomi utama dunia. Keanggotaannya meliputi Amerika Serikat, Jerman, Prancis, Jepang, Italia, Kanada, dan Inggris.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

IMF: Perang Dagang AS-China Picu Kerugian Ekonomi Global

Perang dagang antara Amerika Serikat dan China bisa memangkas pertumbuhan ekonomi dunia tahun depan, kata Dana moneter internasional atau IMF pada Rabu 5 Juni 2019.

Direktur pelaksana IMF Christine Lagarde mengatakan, ancaman Presiden Amerika SerikatDonald Trump untuk mengenakan tarif impor barang-barang China dan tindakan balasan China akan menurunkan pendapatan kotor domestik atau GDP dengan setengah persen.

"Ini berarti kerugian sebesar 455 miliar dolar, lebih besar dari seluruh perekonomian negara Afrika Selatan," imbuhnya, demikian dikutip dari VOA Indonesia.

Lagarde mengemukakan hal itu dalam keterangannya pada kelompok-20 negara maju dan berkembang.

"Kerugian seperti ini harus dihindari, dengan mencabut semua hambatan perdagangan yang diumumkan belum lama ini, dan dengan mencegah munculnya hambatan-hambatan perdagangan baru dalam bentuk apapun," kata Lagarde lagi.

Peringatan itu dikeluarkan menjelang pertemuan para Menteri Keuangan G-20 dan para pejabat bank sentral di Jepang akhir pekan ini. Pertemuan diadakan setelah perundingan dagang antara Amerika Serikat dan China ambruk karena janji-janji yang tidak terpenuhi dan adanya ancaman tarif baru.