Sukses

Presiden Prancis: Pemimpin AS dan Iran Mungkin Bertemu dalam Beberapa Pekan Mendatang

Presiden Prancis mengatakan bahwa kemungkinan pemimpin AS dan Iran akan bertemu dalam beberapa pekan mendatang.

Liputan6.com, Biarritz - Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan, prakarsa diplomatik yang dilakukan negaranya dapat mengarah ke pertemuan puncak antara pemimpin Amerika Serikat (AS) dan Iran "dalam beberapa pekan mendatang".

Macron membuat pengumuman itu dalam konferensi pers dengan Donald Trump pada akhir KTT G7 di Biarritz, Senin 26 Agustus.

Dikutip dari The Guardian pada Selasa (27/8/2019), pengumuman Macron itu merujuk pada pernyataan Presiden Iran, Hassan Rouhani, sebelumnya di awal pekan, tentang kesediaannya untuk bertemu siapapun jika menyangkut kepentingan nasional negaranya.

Di lain pihak, Donald Trump mengatakan siap bertemu pemimpin Iran, jika kondisinya tepat.

Namun, Trump tidak merinci kondisi tepat seperti apa yang dimaksud, tetapi mengaku setuju untuk kemungkinan mengadakan pertemuan dalam beberapa pekan mendatang.

Informasi terkini menyebut Presiden AS dan Iran akan menghadiri sidang umum PBB di New York pada pertengahan September, namun belum diketahui apakah keduanya akan bertemu atau tidak.

Macron mengatakan kemungkinan pertemuan puncak AS-Iran adalah konsekuensi dari inisiatif diplomatik Prancis, yang bertujuan meredakan ketegangan setelah keputusan Trump tahun lalu,untuk meninggalkan perjanjian nuklir multilateral dengan Teheran.

Dia tidak memberikan perincian negosiasi, tetapi para pejabat Perancis mengatakan mereka melibatkan sebagian sanksi AS dan kepatuhan penuh Iran dengan perjanjian 2015, untuk membuka jalan bagi dimulainya kembali diplomasi tingkat tinggi kedua negara berkonflik.

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini: 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Trump dan Rouhani Postif Menanggapi

Presiden Macron mengatakan Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, terbang ke Paris pada Jumat pekan lalu, dengan posisi sebagai negosiator Iran,

Setelah berbicara dengan Trump dan para pemimpin G7 lainnya pada jamuan makan malam pada Sabtu 23 Agustus, Macron memutuskan ada cukup konvergensi untuk mengundang Zarif ke Biarritz, guna memulai pembicaraan lagi.

"Melalui koordinasi ini, kami mengambil inisiatif kemarin untuk membawa kembali menteri luar negeri Iran dan banyak pertukaran dengan para menteri Prancis, yang telah memungkinkan kami membuka jalan diplomasi," kata Macron.

"Tidak ada yang pasti dan itu masih sangat rapuh, tetapi telah ada diskusi pada tingkat teknis dengan beberapa kemajuan nyata," tambahnya optimis.

Macron mengatakan bahwa dia telah memberi tahu Presiden Rouhani di Teheran, bahwa jika setuju bertemu Trump, dia yakin "kesepakatan dapat ditemukan".

Presiden Prancis itu mengklaim Rouhani bereaksi positif atas kemungkinan pertemuan terkait.

Mengatakan pada hari Senin, Rouhani: "Jika saya tahu bahwa pertemuan dengan seseorang akan menyelesaikan masalah negara saya, saya tidak akan ragu karena kepentingan nasional adalah prinsip utama."

Macron menambahkan: "Kami tahu syarat dan tujuannya. Tetapi sekarang Anda harus duduk mengelilingi meja dan sampai di sana. Saya berharap bahwa dalam pekan-pekan mendatang, berdasarkan diskusi ini, kita bisa berhasil mengadakan pertemuan puncak antara Presiden Rouhani dan Presiden Trump."

3 dari 3 halaman

Trump Siap Bertemu Presiden Iran Jika ....

Sementara ditanya tentang kesiapannya bertemu Rouhani, Presiden Trump mengatakan: "Jika situasinya benar, saya pasti akan setuju untuk itu."

Sebelumnya pada Senin 26 Agustus, Menlu Iran Zarif mengatakan kepada wartawan bahwa dia telah menghabiskan empat jam dalam pembicaraan di Biarritz, termasuk satu jam dengan Macron, karena "beberapa poin perlu diklarifikasi atau dinegosiasikan lebih banyak, terutama masalah perbankan dan minyak yang dibahas dalam pembicaraan intensif oleh para ahli".

Prancis telah mempelopori upaya untuk menghentikan ketegangan dan konflik di Teluk Persia, menyusul keputusan Trump pada Mei 2018 untuk menarik AS keluar dari kesepakatan nuklir multilateral dengan Iran, dan menerapkan kembali sanksi berat terkait embargo minyak.

Sebagai tanggapan, Iran telah mulai keluar dari beberapa pembatasan pada program nuklirnya yang diberlakukan dalam perjanjian nuklir.

Proposal Prancis adalah agar AS menarik kembali sebagian dari kampanye "tekanan maksimum", dan bagi Iran agar kembali sepenuhnya mematuhi perjanjian.

Selain itu, Prancis juga berupaya memberikan ruang untuk pembicaraan lebih lanjut tentang masalah-masalah non-nuklir seperti program rudal Iran dan perannya dalam konflik regional.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.