Sukses

Brasil Tolak Dana Bantuan G7 untuk Atasi Kebakaran Hutan Amazon, Kenapa?

Pemerintah Brasil menolak bantuan dana patungan G7 untk memerangi kebakaran hutan Amazon. Apa alasannya?

Liputan6.com, Brasilia - Pemerintah Brasil akan menolak bantuan bernilai jutaan dolar dari negara-negara G7, yang dimaksudkan untuk membantu mengatasi kebakaran hutan Amazon.

Bantuan itu diumumkan Presiden Prancis Emmanuel Macron dalam penutupan KTT G7 pada Senin 26 Agustus, yakni sebesar US$ 22 juta, atau setara Rp 285 miliar.

Sementara itu, terdapat pula janji bantuan terpisah dari Inggris dan Kanada, yang masing-masing bernilai US$ 12 juta (setara Rp 171 miliar) dan US$ 11 juta (setara Rp 156 miliar).

Dikutip dari Al Jazeera pada Selasa (27/8/2019), Macron menyatakan dana itu akan segera tersedia dalam waktu dekat, seraya mengatakan Prancis juga akan menawarkan dukungan militer dalam pengetasan masalah kebakaran hutan Amazon.

Di lain pihak, pemerintah Brasil menolak bantuan kelompok G7 tanpa memberikan alasan resmi, kecuali tuduhan Bolsonaro sebelumnya, yang menilai negara-negara kaya memberlakukan Amazon seperti koloni.

Sementara itu, tidak jelas apakah tawaran bantuan dari Inggris dan Kanada juga ditolak atau tidak.

Menggaungkan penolakan pemerintah Brasil, kepala staf Bolsonaro, Onyx Lorenzoni, mengatakan kepada situs berita Globo bahwa "mungkin bantuan ini lebih relevan untuk reboisasi Eropa".

"Macron bahkan tidak bisa menghindari kebakaran yang dapat diprediksi di sebuah gereja yang merupakan bagian dari warisan dunia, dan dia ingin memberi pelajaran untuk negara kita?" kritik Lorenzoni, merujuk pada kebakaran katedral Notre-Dame Paris pada April lalu.

Simak Video Pilihan Berikut:

2 dari 3 halaman

Berubah Pandangan dengan Cepat

Sebelumnya, Menteri Lingkungan Brazil Ricardo Salles mengatakan kepada wartawan, pihaknya menyambut baik bantuan dana G7 untuk memerangi kebakaran hutan Amazon yang mencapai rekor tahun ini.

Tetapi setelah pertemuan antara Bolsonaro dan para menterinya, pemerintah Brasil mengubah arah.

Sementara itu, data baru yang dirilis pada hari Senin, menunjukkan bahwa ratusan kebakaran baru telah meluas di bagian hutan hujan Amazon di Brazil.

Sekitar 1.113 kebakaran baru terjadi pada hari Sabtu dan Minggu, menurut Lembaga Penelitian Angkasa Luar Brasil (INPE), yang memantau deforestasi.

Meskipun ada peningkatan, Menteri Pertahanan Brasil Fernando Azevedo e Silva pada hari Senin, mengklaim bahwa kebakaran hutan Amazon "berada di bawah kendali".

"Itu sedikit dibesar-besarkan bahwa situasinya di luar kendali, tidak benar!" katanya.

Kebakaran hutan Amazon biasa terjadi selama musim kemarau Brasil, tetapi jumlahnya telah melonjak tahun ini.

INPE telah melihat lebih dari 77.000 kebakaran hutan di Brasil sejak awal Januari, sebuah rekor sejak institut itu mulai mencatat pada tahun 2013, naik lebih dari 80 persen pada jumlah untuk periode yang sama tahun lalu.

3 dari 3 halaman

Memicu Amarah Internasional

Para pemerhati lingkungan dan organisasi non-pemerintah telah mengaitkan kebakaran hebat itu dengan pembukaan lahan untuk pertanian dan industri, dengan INPE sendiri mengesampingkan fenomena alam yang bertanggung jawab atas lonjakan terkait.

Para pengeritik mengatakan, pelemahan Bolsonaro terhadap badan lingkungan Brazil, IBAMA, dan dorongan membuka wilayah Amazon untuk aktivitas komersial yang lebih besar, telah membuat beberapa pihak berani menciptakan impunitas dalam menebang hutan secara ilegal.

Kebakaran itu telah memicu kemarahan internasional dan menyebabkan pertikaian diplomatik antara Bolsonaro dan Macron selama sepekan terakhir.

Pemimpin Prancis menyebut api itu sebagai "krisis internasional", serta mengancam akan memblokir kesepakatan perdagangan Uni Eropa dan blok Amerika Selatan, Mercosur, kecuali Brasil mengambil tindakan untuk melindungi hutan hujan Amazon.

Pakta tersebut mengharuskan raksasa Amerika Latin untuk mematuhi kesepakatan iklim Paris --yang telah diancam akan ditinggalkan Bolsonaro-- dan mendesakan penuntasan deforestasi ilegal, termasuk di Amazon Brazil.