Sukses

Kebakaran Hutan Amazon, Presiden Brasil Siapkan Demarkasi Tanah Adat

Presiden Brasil akan menyusun langkah-langkah tentang demarkasi tanah adat terkait kebakaran hutan Amazon.

Liputan6.com, Brasilia - Di tengah protes internasional atas kebakaran hutan hujan Amazon, Presiden Brasil Jair Bolsonaro justru mengkritisi kekayaan alam pribumi. Karena itulah, dia akan segera menyusun langkah-langkah penanganan demarkasi lahan.

Tanpa memberikan bukti nyata, pemimpin sayap kanan itu menyebut ekonomi Brasil bergantung pada eksplorasi cadangan alam dan tanah adat komersial. Tanpa ini semua, Brasil diklaimnya bisa bangkrut.

Dalam pertemuan dengan gubernur-gubernur negara bagian, Bolsonaro menyatakan ia akan segera membuat aturan baru untuk kawasan Amazon.

Meskipun dia tidak membahas detailnya, namun Bolsonaro mengatakan dokumen tersebut berisikan pembahasan demarkasi (batas pemisah) dan wilayah adat dan quilombola (Afro-Brasil).

"Apakah Anda tahu berapa banyak daerah quilombola yang menunggu untuk disetujui? Ditambah 54 wilayah adat telah diproses dan 314 permintaan lainnya diajukan untuk tanah adat yang ingin diakui di wilayah Amazon saja," kata Bolsonaro, dikutip dari Al Jazeera, Rabu (28/8/2019).

"Kita tidak bisa membiarkannya terjadi di negara kaya ini dan kita tidak bisa diam saja. Jika kita menyetujui semua kekayaan itu, industri agribisnis hancur. Jika 'bencana' tersebut benar-benar kejadian, maka berakhir sudah ekonomi kita."

Anggapan kontroversial itu muncul ketika negara-negara Brasil memerangi kebakaran di kawasan Amazon akhir-akhir ini.

Menurut Lembaga Penelitian Luar Angkasa Nasional Brasil (National Institute for Space Research), tahun ini telah terjadi peningkatan 80 persen dalam jumlah kebakaran yang menghanguskan seluruh Negeri Samba, apabila dibandingkan dengan periode waktu yang sama pada tahun 2018.

Sedangkan lebih dari setengah kebakaran itu terjadi di kawasan Amazon.

Meskipun kebakaran adalah kejadian yang dianggap lumrah dan alami sepanjang tahun ini, para aktivis menilai bahwa kebakaran hutan berkaitan dengan naiknya deforestasi ilegal dan perlindungan lingkungan yang lemah di bawah kepemimpinan Bolsonaro.

Marcio Astrini, dari Greenpeace dan pengamat lingkungan di Observatorio do Clima, menegaskan bahwa obsesi Bolsonaro dalam mengeksplorasi Amazon dan meningkatkan ekspor Brasil, bisa menjadi bumerang bagi negara tersebut.

"Brasil menjual produknya ke Eropa dan mereka mengharapkan jaminan tertentu dari sumber produk-produk itu -- yang disebut 'perdagangan bebas'. Jadi, semakin banyak deforestasi, semakin sulit untuk membuktikan itu dan ekonomi Brasil mungkin berakhir karena (hutan) rusak," ujarnya kepada Al Jazeera.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Bolsonaro Salahkan LSM

Kebakaran hutan hujan Amazon di Brasil utara telah memicu protes di media sosial. Presiden Jair Bolsonaro pada Rabu, 21 Agustus 2019 menuding kelompok-kelompok aktivis lingkungan adalah pihak yang memulai keributan tersebut.

Gambar kebakaran yang diduga melahap bagian hutan hujan terbesar di dunia, telah menyebar di Twitter. Tanda pagar #PrayforAmazonas menggema di platform belogo burung biru itu dan menduduki posisi teratas di dunia kemarin, dengan lebih dari 249.000 cuitan.

"Tidak peduli seberapa sukses kita. Jika Bumi kita mati, maka kita pun mati," tulis seorang pengguna pengguna Twitter, Kamis, 22 Agustus 2019.

Sedangkan yang lain menulis: "Mohon doa untuk Amazon dan planet ini, kita membutuhkannya."

Beberapa foto lawas bahkan memperlihatkan kebakaran di Amazon sejak 1989 atau di negara-negara lain seperti Amerika Serikat atau India. Demikian menurut layanan pengecekan fakta AFP.

Angka resmi menunjukkan hampir 73.000 kebakaran hutan tercatat di Brasil dalam delapan bulan pertama tahun 2019 --jumlah tertinggi untuk setiap tahun sejak 2013. Sebagian besar berada di Amazon.

Angka tersebut kemudian dibandingkan dengan apa yang terjadi pada tahun 2018, dengan 39.759 kasus kebakaran hutan di Amazon, menurut National Institute for Space Research (INPE). Sementara itu, Bolsonaro juga merilis data yang menunjukkan lonjakan deforestasi dalam beberapa bulan terakhir.

Kepala INPE, badan yang ditugaskan untuk memantau pembukaan lahan hutan, dipecat karena naiknya insiden tersebut.