Sukses

RI - Kuwait Hasilkan Kesepakatan Bisnis Senilai Rp 184 Miliar

Indonesia dan Kuwait dilaporkan telah menghasilkan kesepakatan bisnis di berbagai bidang, dengan total nilai hingga US$ 13 juta atau sekitar Rp 184 Miliar.

Liputan6.com, Kuwait City - Indonesia dan Kuwait dilaporkan telah menghasilkan kesepakatan bisnis di berbagai bidang, dengan total nilai hingga US$ 13 juta atau sekitar Rp 184 miliar.

Kesepakatan bisnis menjamah sektor perikanan, komoditi, digital research untuk UMKM dan E-Commerce, Big Data & Teknologi Artificial Intelligince (AI), demikian seperti dikutip dari rilis resmi Kementerian Luar Negeri RI yang dimuat Liputan6.com, Selasa (3/9/2019).

Komitmen itu disepakati berbarengan dengan lawatan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi ke Kuwait City, 2 September 2019, di mana sang menlu menyampaikan sambutan di Forum Bisnis Indonesia-Kuwait di Gedung Kamar Dagang dan Industri Kuwait.

Pertemuan itu digagas bersama antara KADIN kedua negara (KADIN dan KCCI) dan KBRI Kuwait di sela-sela pertemuan Sidang Komisi Bersama ke-1 Indonesia dan Kuwait yang dipimpin Menlu kedua negara.

Dalam kesempatan Forum Bisnis yang dihadiri pengusaha kedua negara, Menlu Retno sampaikan 3 hal yang harus dilakukan dunia usaha dalam menyikapi kondisi ekonomi global dewasa ini.

Pertama, kolaborasi yang kuat antara Pemerintah dan dunia usaha. "Pemerintah dan Dunia Usaha harus bergerak bersama. Sinergi adalah kata kunci," tegas Retno.

Mekanisme kolaborasi antara Pemerintah dan Dunia usaha, maupun antara dunia usaha Indonesia dan Kuwait harus terus diperkuat. Mekansime ini dapat memfasilitasi komunikasi semua pemangku kepentingan Indonesia dan Kuwait.

Kedua, Infrastruktur bisnis Indonesia-Kuwait perlu terus diperkuat.

"Memfasilitasi akses pasar produk kedua negara adalah cara efektif untuk mendorong peningkatan volume perdagangan kedua negara," tambah Menlu. Saat ini Indonesia dan Kuwait sepakat membentuk Komite Dagang Bersama untuk memfasilitasi perdagangan Indonesia-Kuwait.

Ketiga, Memfokuskan kerja sama pada sektor yang menjadi unggulan Indonesia dan Kuwait.

"Kerja sama pada sektor energi dan e-commerce adalah sektor unggulan bagi kerja sama Indonesia dan Kuwait kedepan," ujar Retno. Forum Bisnis Indonesia-Kuwait ini dihadiri lebih dari 60 pengusaha kedua negara khususnya sektor UMKM yang melibatkan sektor Migas, Digital dan e-commerce, Pertanian, Perikanan, Kesehatan, Pendidikan, Retail, Keuangan Syariah, UKM, Konstruksi, Jasa, Pakaian Muslim, dan Pariwisata.

Forum bisnis yang digelar merupakan tindak lanjut instruksi Presiden RI untuk menjadikan KBRI sebagai garda terdepan upaya Indonesia untuk menarik investasi dan mendorong ekspor.

Simak video pilihan berikut:

2 dari 2 halaman

Isu Ketenagakerjaan dan Sektor Migas RI - Kuwait

Selain menghadiri Forum Bisnis, Menlu Retno juga melihat gelaran Indonesia Labour Market yang mempertemukan Perusahaan Pengirim tenaga Kerja Profesional dengan Perusahaan Penerima Tenaga Kerja professional di Kuwait.

Saat ini tenaga kerja professional Indonesia diminati di bidang kesehatan seperti perawat, minyak dan gas baik sebagai teknisi atau engineers, Information Technology maupun di bidang hospitality seperti perhotelan, restaurant dan SPA. Dalam kunjungan ke Indonesia Labour Market, Menlu RI bertemu dengan 5 perusahaan besar di Kuwait yang menyalurkan tenaga kerja professional dari berbagai negara.

"Saya titip agar tenaga kerja professional Indonesia dapat lebih banyak lagi bekerja membangun Kuwait," tutup Retno. Kemarin, Menlu Retno juga meresmikan MIGAS Corner di KBRI Kuwait. Di mana para investor sektor energi khususnya dari Timur Tengah cukup hadir di KBRI untuk melihat langsung potensi eksplorasi sektor hulu migas di Indonesia.

Menlu juga bertemu dengan CEO Kuwait Foreign Petroleum Exploration Company (KUFPEC), Shaikh Nawaf Al-Sabah membahas perluasan investasi Kuwait di sektor minyak dan gas di Indonesia, baik di hulu ataupun hilir migas dan petrokimia.

Kuwait adalah salah satu mitra energi terbesar Indonesia, dengan nilai impor migas dari Kuwait mencapai $ 214 juta (2018). Nilai perdagangan kedua negara mencapai lebih dari $ 403 juta (2018).