Sukses

Meski RUU Ekstradisi Dicabut, Aktivis Hong Kong Siap Demo Lagi Akhir Pekan

Hong Kong bersiap menghadapi unjuk rasa lanjutan pada akhir pekan ini.

Liputan6.com, Hong Kong - Sejumlah aktivis Hong Kong kembali bersiap melakukan unjuk rasa pada akhir pekan ini, karena mereka tampaknya tidak puas dengan keputusan Pemimpin Eksekutif Carrie Lam yang menarik rancangan undangan-undang (RUU) Ekstradisi.

Para pengunjuk rasa berencana memblokir lalu lintas ke arah kota itu dari bandara pada Sabtu, (7/9/2019), seminggu setelah ribuan demonstran menghalangi jalur-jalur transportasi hingga memicu aksi kekerasan terburuk sejak kerusuhan meningkat tiga bulan lalu.

Dalam iklan yang terbit di koran South China Morning Post, Jumat, 7 September 2019, Otoritas Bandara pusat keuangan Asia itu mendesak para pengunjuk rasa agar "tidak mengganggu perjalan puluhan ribu penumpang yang menggunakan bandara setiap harinya."

Pada Rabu kemarin, Lam mengumumkan penarikan RUU Ekstradisi untuk menuruti satu dari lima tuntutan para pengunjuk rasa. Banyak yang mengatakan langkah itu sudah sedikit terlambat. Demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia, Jumat (6/9/2019). 

RUU tersebut, bila jadi diundang-undangkan, akan mengizinkan warga di negara bekas koloni Inggris itu untuk diekstradisi ke China dan menjalani persidangan di pengadilan yang dikuasi oleh partai komunis. Sejak itu, protes terhadap RUU Ekstradisi meluas menjadi serangan terhadap pemerintah Hong Kong dan Beijing.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Demo Besar

Demonstrasi besar, dan terkadang diwarnai kekerasan, menjadi tantangan terbesar terhadap popularitas Presiden China Xi Jinping sejak berkuasa pada 2012.

Kisruh itu juga memukul ekonomi Hong Kong, yang menghadapi resesi pertama dalam satu dasawarsa. Ada bukti-bukti bahwa sebagian dana sedang dipindahkan ke pusat-pusat keuangan para pesaingnya, seperti Singapura.

Pada Jumat, 7 September 2019, lembaga pemeringkat Fitch menurunkan peringkat utang Hong Kong karena unjuk rasa yang masih berlanjut.

Kebanyakan para pengunjuk rasa masih marah dengan penolakan Lam untuk membuka penyelidikan independen terhadap dugaan tindakan brutal para polisi terhadap para pengunjuk rasa.

Para polisi menembakkan gas air mata dan peluru bean bag -- kantung kain berisi pelet timah yang berfungsi sebagai peluru yang tidak mematikan.