Sukses

Kim Jong-un Marahi Pejabat Korut karena Tak Memitigasi Topan Lingling

Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un telah memimpin pertemuan darurat para pejabat pemerintah ketika Topan Lingling yang kuat mulai menghantam negara itu sejak akhir pekan ini.

Liputan6.com, Pyongyang - Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un telah memimpin pertemuan darurat para pejabat pemerintah ketika Topan Lingling yang kuat mulai menghantam negara itu sejak akhir pekan ini.

Topan Lingling sempat menyebabkan gangguan meluas di seluruh Korea Selatan, dengan sedikitnya tiga orang tewas dan ribuan rumah dibiarkan tanpa daya.

Kini, Lingling bergerak ke Korea Utara.

Ada kekhawatiran bahwa badai itu dapat merusak lahan di Utara --sehingga makin memperparah kondisi kekurangan pangan mereka menjadi sangat signifikan.

Chairman Kim Jong-un dilaporkan memarahi pejabat karena minim beraksi memitigasi badai, media pemerintah Korut mengabarkan.

Kim menggambarkan para pejabat itu "tidak berdaya melawan topan, tidak menyadari keseriusannya dan meremehkan keadaan," kata Korean Central News Agency (KCNA), dikutip dari BBC, Minggu (8/9/2019).

Pemerintah memberikan "perhatian utama" pada perlindungan tanaman serta bendungan dan waduk, kata KCNA.

Warga di daerah rawan banjir sedang dievakuasi dan "penjaga" sedang memantau infrastruktur utama seperti jembatan dan bangunan, kantor berita itu menambahkan.

Lingling mendarat di Korea Selatan sebelumnya pada hari Sabtu dan menuju Korea Utara dengan angin bertiup hingga 140 km / jam (86 mph), kantor berita Korea Selatan Yonhap melaporkan.

Simak video pilihan berikut:

2 dari 2 halaman

Lingling Bisa Memperparah Kekurangan Pangan di Korut?

Awal tahun ini, PBB memperingatkan bahwa hingga 10 juta warga Korea Utara "sangat membutuhkan bantuan pangan."

Pyongyang mengakui menderita kekeringan terburuk dalam 37 tahun dan meminta warga untuk "berperang" melawan kerusakan tanaman yang disebabkan olehnya.

Pada tahun 2017, Korea Utara dilanda kekeringan serius yang merusak produksi tanaman pokok seperti beras, jagung, kentang, dan kedelai.

Tidak diketahui persis apa dampaknya, tetapi laporan pada saat itu mengatakan banyak yang menghadapi kekurangan gizi dan kematian.

Pada 1990-an, kelaparan yang menghancurkan diyakini telah menewaskan ratusan ribu warga Korea Utara.