Liputan6.com, Washington D.C - 11 September 2001 merupakan hari yang kelam bagi warga Amerika Serikat. Tepat di hari itu, telah terjadi serangan yang menewaskan hampir 3.000 orang dan menghancurkan World Trade Center (WTC), Lower Manhattan, New York City.
Pentagon juga rusak parah oleh serangan salah satu dari tiga pesawat sipil yang dibajak dan menabrakkan diri ke gedung WTC. Pesawat keempat jatuh di sebuah lapangan dekat Pittsburgh.
Dilansir dari BBC dalam Today in History, tragedi itu bermuka saat American Airlines Flight 11 (AA11/AAL11) dibajak pada 08.25 (sejumlah media menyebut 08.45) pagi dan 18 menit kemudian menabrak menara utara World Trade Center.
Advertisement
United Airlines Penerbangan 175 --yang telah dibajak dalam beberapa menit dari pesawat pertama-- diterbangkan ke menara selatan pada 09.03 dan menyebabkan ledakan dahsyat lainnya.
Pada 09.40, pesawat ketiga dibajak --American Airlines Penerbangan 77-- diterbangkan ke sisi Pentagon di Washington. Satu jam setelah Boeing 767 menghantam menara selatan World Trade Center, gedung 110 lantai itu pun runtuh.
Menara utara runtuh beberapa menit kemudian, menambah daftar kerusakan dan jumlah korban jiwa. Saksi mata melaporkan telah melihat orang-orang melompat dari menara sebelum mereka runtuh.
Menurut laporan media internasional, teror 9/11 ini dilakukan oleh 19 teroris di bawah komando pemimpin Al Qaeda, Osama bin Laden. Dari 19 pembajak, 15 orang di antaranya merupakan warga Arab Saudi. Beberapa pelaku telah tinggal di AS selama lebih daru satu tahun.
Beberapa lainnya menyusup ke Negeri Paman Sam beberapa bulan sebelum kejadian.
Dalam aksinya, para pelaku tersebut berhasil menembus pengamanan di tiga bandara di wilayah East Coast dan membawa empat pesawat. Pesawat dipilih karena telah diketahui membawa bahan bakar yang banyak, sehingga bisa dimanfaatkan untuk pembajakan. Sebagai balasan, AS menyergap Osama bin Laden di Abbottabad, Pakistan pada 11 Juni 2011.
Osama dinyatakan tewas dalam penangkapan.
Sejak tragedi itu, setiap tahun di tanggal yang sama, masyarakat AS mengadakan peringatan mengenang para korban. Pada peringatan ke-13, 11 September 2014, cahaya kembar berwarna biru diproyeksikan ke angkasa sebagai simbol menara kembar yang hancur dalam serangan teroris.
Cahaya itu kemudian kerap dipertontonkan saat peringatan tragedi teror 9/11 hingga saat ini.Â
Belakangan, sejumlah ilmuwan meneliti cahaya karya seni publik rancangan John Bennett, Gustavo Bonevardi, Richard Nash Gould, Julian Laverdiere, Paul Myoda dan Paul Marantz. Sorotan cahaya dari 88 lampu bertenaga super 7.000 watt itu konon membahayakan.
Sinar Terlihat Indah Tapi Ternyata Ganggu Burung
Dua sinar yang menjulang tinggi di atas Lower Manhattan setiap tahun saat 11 September, peringatan mengenang mereka yang terbunuh 18 tahun silam, disebut-sebut membahayakan sejumlah binatang yang terbang.
Sinar indah ini mengundang burung-burung untuk datang. Namun, menurut para peneliti, sinar tersebut dapat menimbulkan risiko burung, kelelawar dan serangga lainnya dan bisa menyebabkan kematian.
Dilansir dari The New York Times, burung-burung melingkari lampu-lampu ini tampaknya tidak mampu berbelok sehingga menempatkan mereka pada risiko kelelahan atau cedera. Terkadang, 'panggilan' kebingungan mereka satu sama lain dapat didengar, menurut ahli.
Peringatan 9/11 ini menciptakan tontonan yang sangat indah namun juga membahayakan 160.000 burung per tahun --dengan jelas menggambarkan bahaya untuk hewan.
Advertisement
Banyak Hewan yang Terperangkap
Sejak 2005, para ilmuwan burung, sukarelawan biologis telah bekerja bersama untuk mencoba mengurangi bahaya dan meningkatkan dukungan untuk melindungi burung di New York dan kota-kota lain.
Saat matahari terbenam, relawan, ilmuwan, serta korban yang selamat dan kerabat korban diundang untuk melihat sinar tersebut di atap garasi parkir dekat dengan situs World Trade Center.
Dengan bantuan teropong, radar, dan mata telanjang, para ilmuwan profesional dan sukarelawan menghitung burung-burung yang terperangkap. Terdapat burung penyanyi kecil Kanada, burung hantu dan kelelawar dan elang peregrine.
Ketika jumlah burung yang terperangkap mencapai sekitar 1.000, sinar itu dimatikan selama 20 menit untuk membiarkan burung-burung pergi.
Menjadi Acara Peringatan yang Bikin Kagum
Susan Elbin, seorang ahli burung dan direktur konservasi dan sains di New York City Audubon, mendapati dirinya terpesona oleh cahaya itu.
Dia menambahkan, "Ini tugas saya untuk mematikan lampu, dan saya lebih suka tidak menyalakan lampu sama sekali, karena cahaya buatan mengganggu sinyal alami burung untuk bernavigasi," ungkapnya.
Tetapi dia juga memahami pentingnya upeti cahaya itu. Tahun lalu, seorang pengunjung mengatakan kepadanya bahwa temannya, seorang responden darurat yang tidak dapat menikmati upeti karena penyakit, dapat melihat upeti dari kotanya pada Long Island. Ia pun merasa terganggu setiap kali ditutup untuk membiarkan burung-burung terbang.
Tetapi menurut penelitian radar oleh Ms. Elbin dan ilmuwan lain, istirahat selama 20 menit cukup untuk memungkinkan burung melanjutkan migrasi mereka.
Upeti ringan ini menarik kepadatan burung hingga 150 kali dari tingkat normalnya. Satu studi yang dilakukan pada tujuh malam ulang tahun antara 2008 hingga 2016 menyimpulkan bahwa lampu mempengaruhi migrasi 1,1 juta burung.
Â
Â
Reporter: Aqilah Ananda Purwanti
Advertisement