Liputan6.com, Tunis - Mantan Presiden Tunisia Zine el-Abidine Ben Ali meninggal di pengasingan. Ia mengembuskan napas terakhirnya di usia 83 tahun, kata keluarganya.
"Pemakamannya akan dilakukan pada hari Jumat di Arab Saudi," kata pengacaranya seperti dikutip dari BBC, Jumat (20/9/2019).
Kematian Ben Ali terjadi hanya beberapa hari setelah Tunisia mengadakan pemilihan presiden kedua sejak ia digulingkan.
Advertisement
Pemilu dini Tunisia itu diajukan setelah kematian presiden pertama yang terpilih secara demokratis di negara itu, Beji Caid Essebsi, pada bulan Juli. Pemimpin yang mulai menjabat pada tahun 2014.
Hampir 100 orang termasuk perdana menteri telah mencalonkan diri menjadi presiden Tunisia berikutnya. Mereka bahkan bergegas menyerahkan kelengkapan berkas sebelum batas waktu pendaftaran yang berakhir Jumat 9 Agustus 2019 waktu setempat.
"Sebanyak 98 calon presiden menyerahkan dokumen mereka sebelum batas waktu resmi pukul 18.00 sore (17.00 GMT)," kata komisi pemilihan negara itu kepada AFP dikutip darii AlAraby.co.uk, Sabtu 10 September. Gay hingga penari perut juga ikut serta. (Baca selengkapnya di sini).
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Pemimpin Tunisia 23 Tahun
Ben Ali memimpin negara itu selama 23 tahun dan dianggap telah sukses memberikan stabilitas dan kemakmuran ekonomi. Tetapi dia menerima kritik luas karena menekan kebebasan politik dan korupsi yang meluas.
Pada 2011, ia dipaksa keluar dari kantor menyusul protes jalanan massal. Ini memicu gelombang pemberontakan serupa di seluruh Arab.
Pada Juni 2011, pengadilan di Tunisia menghukum Ben Ali in absentia dengan hukuman 35 tahun penjara karena menggelapkan uang publik.
Pada 2012, ia dijatuhi hukuman seumur hidup - juga in absentia - atas pembunuhan demonstran dalam revolusi pada 2011. Pengadilan terpisah juga menghukumnya selama 20 tahun karena menghasut kekerasan dan pembunuhan.
Setidaknya setengah lusin negara di kawasan itu menyaksikan presiden mereka jatuh atau konflik pecah setelah kejatuhan mantan pemimpin Tunisia itu, yang kemudian dikenal sebagai Arab Spring.
Ben Ali kemudian melarikan diri ke Arab Saudi sepeninggal lengser dari jabatan, lalu tinggal di sana hingga dinyatakan meninggal pada hari Kamis.
Advertisement