Sukses

21-9-1780: Benedict Arnold, Pahlawan Amerika yang Menjelma Jadi Pengkhianat

Ini kisah Jenderal Amerika Benedict Arnold yang dianggap sebagai pahlawan AS dan menjelma jadi seorang pengkhianat publik.

Liputan6.com, New York -- Hari ini pada 1780, selama Revolusi Amerika, Jenderal Amerika Benedict Arnold yang tadinya dianggap sebagai pahlawan Amerika, berubah menjadi seorang pengkhianat publik.

Sebelumnya ia kerap bertemu dengan Mayor Inggris, John Andre untuk membahas penyerahan West Point atau US Military Academy ke Inggris, sebagai imbalan atas janji sejumlah besar uang dan posisi tinggi dalam pasukan Inggris.

Rencana itu terkuak, dan citra Arnold yang dianggap sebagai sosok pahlawan AS pun sirna, berganti dengan pengkhianat.

Arnold dilahirkan dalam keluarga yang sangat dihormati di Norwich, Connecticut, pada 14 Januari 1741. Dia magang di sebuah apoteker dan menjadi anggota milisi selama Perang Prancis dan India (1754-1763).

Dia kemudian menjadi pedagang yang sukses dan bergabung dengan Tentara Kontinental ketika Perang Revolusi pecah antara Britania Raya dan 13 koloni Amerika pada 1775. Ketika perang berakhir pada 1783, koloni-koloni itu telah memperoleh kemerdekaan mereka dari Inggris dan membentuk negara baru, yaitu Amerika Serikat.

Selama perang, Benedict Arnold membuktikan dirinya seorang pemimpin yang berani dan terampil, membantu pasukan Ethan Allen merebut Fort Ticonderoga pada tahun 1775 dan kemudian berpartisipasi dalam serangan yang gagal di Quebec Inggris akhir tahun itu, yang membuatnya dipromosikan menjadi brigadir jenderal.

Arnold unggul dalam kampanye di Danau Champlain, Ridgefield dan Saratoga, dan mendapatkan dukungan dari George Washington. Namun, iamemiliki musuh di dalam militer dan pada 1777, lima orang berpangkat lebih rendah dipromosikan.

Selama beberapa tahun berikutnya, Arnold menikah untuk kedua kalinya, istrinya Peggy adalah seorang wanita yang ambisius.

Peggy, adalah putri dari keluarga Philadelphia terkemuka dengan kecenderungan loyalis yang bernasib lebih baik di bawah Inggris.

Peggy terbiasa dengan tingkat kehidupan mewah dan beberapa sejarawan yakin ialah yang mengarahkan Arnold ke Inggris untuk mempertahankan gaya hidup itu hingga akhirnya terjerat banyak hutang.

Hutang dan kebencian yang Arnold rasakan karena tidak dipromosikan merupakan faktor-faktor utama yang memotivasi dalam pilihannya untuk menjadi pengkhianat.

2 dari 2 halaman

Menjadi Pengkhianat Karena Tekanan Istri dan Dendam

Pada 1780, Arnold diberi komando West Point, benteng Amerika di Sungai Hudson di New York (kini akademi militer AS, didirikan pada 1802). Arnold menghubungi Sir Henry Clinton, kepala pasukan Inggris, dan mengusulkan untuk menyerahkan West Point dan anak buahnya.

Pada 21 September tahun itu, Arnold bertemu dengan Mayor John Andre dan membuat perjanjian pengkhianatannya. Namun, konspirasi itu terungkap dan Andre ditangkap dan dieksekusi. Arnold, mantan patriot Amerika, melarikan diri ke sisi musuh dan melanjutkan untuk memimpin pasukan Inggris di Virginia dan Connecticut. Dia kemudian pindah ke Inggris, meskipun dia tidak pernah menerima semua yang dijanjikan oleh Inggris.

Dia meninggal di London pada 14 Juni 1801.

Namun, seorang penulis buku Homegrown Terror: Benedict Arnold dan Burning of New London, eric D. Lehman menganggap penting untuk mengingat seluruh kisah Arnold — pengkhianatannya bukan hanya pengkhianatan. Inggris, yang memiliki banyak keuntungan dari Arnold yang beralih ke pihak lain, menganggapnya tidak terhormat dan tidak dapat dipercaya.

"Satu hal yang telah diabaikan dari begitu banyak cerita tentang kisah Arnold adalah bahwa dia tidak berhenti setelah pengkhianatan West Point-nya ditemukan," kata Lehman. “Dia kemudian menyerang Virginia — hampir menangkap Thomas Jefferson — dan kemudian menyerang Connecticut, negara bagiannya," tambahnya.

Eric percaya bahwa Arnold juga menjadi bagian dari sejarah baik Amerika, tidak hanya bagian dari sejarah buruk.

Selain itu, di hari yang sama pada 1327, Raja Inggris Edward II dibunuh atas perintah istrinya.

Dan pada 21 September 1934, Topan Muroto yang dahsyat menewaskan 3.066 orang.

 

Reporter: Windy Febriana