Liputan6.com, Riyadh - AS telah mengumumkan rencana untuk mengirim pasukan ke Arab Saudi. Upaya itu dilakukan setelah serangan terhadap infrastruktur minyak negara itu.
Menteri Pertahanan AS Mark Esper mengatakan bahwa penempatan akan "bersifat defensif". Total jumlah pasukan belum diputuskan.
Baca Juga
"Arab Saudi dan Uni Emirat Arab meminta bantuan," kata Esper seperti dikutip dari BBC, Sabtu (21/9/2019).
Advertisement
Esper mengatakan pasukan AS akan fokus pada peningkatan pertahanan udara dan rudal dan akan "mempercepat pengiriman peralatan militer" ke kedua negara.
Ketua Kepala Staf Gabungan Jenderal Joseph Dunford menyebut penyebaran pasukan ke Arab Saudi itu bersifat moderat dan mengatakan tidak akan berjumlah ribuan. Dia tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang jenis pasukan yang akan dikirim.
Menurut The New York Times, ketika wartawan bertanya kepada Esper apakah serangan militer terhadap Iran masih dipertimbangkan, menteri pertahanan itu menjawab: "Itu bukan apa yang akan kita lakukan sekarang."Â
Siapa Dalang Serangan?
Pemberontak Houthi Yaman yang didukung Iran mengatakan mereka berada di balik serangan terhadap dua fasilitas minyak pekan lalu. Namun AS dan Arab Saudi menyalahkan Iran.
Sebelumnya pada hari Jumat, Presiden Trump mengumumkan sanksi baru terhadap Iran, sebagai sinyal dia ingin menghindari konflik militer.
"Saya pikir pendekatan orang kuat, dan hal yang menunjukkan kekuatan, akan menunjukkan sedikit pengekangan," kata Trump kepada wartawan di Oval Office.
Sanksi baru, yang digambarkan oleh Trump sebagai "tingkat tertinggi", akan fokus pada bank sentral Iran dan dana kekayaan negara.
Advertisement
Klaim AS
Dalam klaimnya bahwa killang minyak Saudi diserang dari Iran, Negeri Paman Sam itu mengatakan telah mengidentifikasi lokasi di Iran yang menjadi sumber serangan drone dan rudal jelajah terhadap fasilitas minyak negara Arab Saudi, Aramco pada 14 September 2019 lalu.
Pengidentifikasian yang diumumkan pada Selasa 17 September mengulangi kembali apa yang telah dicurigai Presiden Donald Trump dan para pejabat AS sejak awal serangan, di mana mereka menuduh bahwa sumbernya berasal dari utara atau barat laut Saudi.
Dalam sebuah pengumuman terbaru, AS mengklaim bahwa sumber serangan berada di Iran selatan, di ujung kawasan Teluk Arab, demikian seperti dikutip dari BBC, Rabu (18/9/2019).
Pejabat senior AS yang anonim mengatakan kepada CBS News bahwa "sebuah tim Amerika telah meninjau langsung ke Abqaiq dan mengidentifikasi pesawat tak berawak dan rudal tertentu yang digunakan dalam serangan itu."
Reruntuhan ini akan dianalisis dan digunakan untuk menyajikan "kasus forensik yang sangat menarik" bahwa Iran bertanggung jawab, kata laporan itu.
Sistem pertahanan udara Negeri Petrodolar tidak bisa menangkal serangan, kata pejabat itu, karena alutsista tersebut selama ini diarahkan ke selatan Saudi --lokasi di mana sumber serangan terhadap mereka lazim berasal, yakni Yaman.
Wakil Presiden Mike Pence mengatakan pada hari Selasa bahwa AS sedang "mengevaluasi semua bukti", dan bahwa Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo sedang dalam perjalanan ke Arab Saudi "untuk membahas tanggapan kami".
Dia menambahkan: "Amerika Serikat akan mengambil tindakan apa pun yang diperlukan untuk mempertahankan negara kita, pasukan kita, dan sekutu kita di Teluk. Anda dapat mengandalkannya."