Liputan6.com, Rhode Island - Aneh tapi nyata. Wanita 25 tahun asal Providence, Rhode Island, ini memiliki warna darah biru, bukan merah seperti pada umumnya.
Hal itu diketahui baru-baru ini, setelah dirinya dilarikan ke unit gawat darurat usai mengeluh merasa lemah, kelelahan, sesak napas dan gejala yang tidak biasa setiap hari.
Baca Juga
Dari pemeriksaan, diketahuilah bahwa darah wanita itu berwarna biru.
Advertisement
Laporan CNNÂ yang dikutip Sabtu (21/9/2019) menyebutkan bahwa Drs. Otis Warren dan Benjamin Blackwood menulis tentang kasus ini dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di New England Journal of Medicine pada Kamis 19 September.
Pasien mereka digambarkan mengalami sianotik, istilah klinis untuk kondisi biru. Mereka menghubungkan darah birunya dengan zat mati rasa yang digunakan wanita itu, yang mematikan ujung saraf di kulit.
"Dia melaporkan telah menggunakan sejumlah besar benzocaine topikal pada malam sebelumnya untuk sakit gigi," tulis dua rekan penulis.
Warren, seorang dokter pengobatan darurat di Rumah Sakit Miriam di Providence, mengatakan kepada CNN bahwa ia pernah melihat satu pasien dengan darah biru, ketika sedang menyelesaikan residensinya. J adi dia segera bisa mengidentifikasi kondisi wanita itu.
"Ini adalah salah satu kasus langka yang kami pelajari, diteliti, dites, tetapi jarang terlihat," katanya kepada CNN.
Detik-Detik Perubahan Darah Menjadi Biru
Warren mendiagnosis wanita itu dengan methemoglobinemia, suatu reaksi yang disebabkan oleh obat-obatan tertentu yang menghentikan darah membawa oksigen ke jaringan.
"Darah yang kaya oksigen biasanya dikaitkan dengan warna merah cerah. Tetapi meskipun darah tampak biru pada pasien dengan methemoglobinemia, kadar oksigen sebenarnya cukup tinggi," kata Warren.
Pada kasus ini darah dengan egois mengikat oksigen dan tidak melepaskannya ke jaringan di mana ia dibutuhkan. Hal itulah yang menyebaban perubahan warna darah menjadi biru.
Â
Advertisement
Penawar yang Menyembuhkan Pasien
Pasien kemudian diberikan penawar methylene blue, untuk mengembalikan elektron yang hilang ke molekul hemoglobin yang mengembalikan kadar oksigen dan membantu melepaskan oksigen kembali ke jaringan.
"Di bidang saya, pengobatan darurat, ketika Anda dapat menyembuhkan seorang pasien dengan penangkal tunggal - itu adalah hal yang langka bagi kami," kata Warren.
Dalam kasus pasiennya, adalah karena reaksi benzocaine, bahan aktif yang ditemukan pada sakit gigi dan tenggorokan yang dijual bebas.
Meski efek samping seperti itu langka terjadi, sepertinya tetap diperlukan peringatan dari Food and Drug Administration, yang memperingatkan pengguna pada anak di bawah 2 tahun.
Pasien Warren akhirnya pulih setelah dua dosis methylene blue dan dirawat semalam di rumah sakit. Tetapi ketika kadar darah yang bermutasi naik 50% atau lebih tinggi, pasien dapat memasuki koma atau mengembangkan komplikasi jantung dan otak dari kurangnya darah ke jaringan.
"Jika jumlahnya mencapai lebih dari 60% dapat menyebabkan kematian," katanya.Â