Liputan6.com, Jakarta - Hari ini adalah International Day of Sign Languages atau hari bahasa isyarat sedunia, atau juga dikenal sebagai hari bahasa isyarat sedunia karena diperingati secara global.
Berdasarkan World Federation of the Deaf (WFD), sekitar 62 juta orang mengalami tuli di seluruh dunia. Sekitar lebih dari 80% dari mereka, tinggal di negara berkembang dan menggunakan lebih dari 300 bahasa isyarat berbeda.
Baca Juga
Bahasa isyarat adalah bahasa alami yang lengkap, secara struktural berbeda dari bahasa yang diucapkan. Ada juga bahasa isyarat internasional, yang digunakan oleh orang-orang tuli dalam pertemuan internasional dan secara informal ketika bepergian dan bersosialisasi.
Advertisement
Konvensi Hak-hak Penyandang Disabilitas mengakui dan mempromosikan penggunaan bahasa isyarat. Dalam konvensi tersebut memperjelas bahwa bahasa isyarat memiliki status yang sama dengan bahasa yang diucapkan, seperti pada laman UN yang dikutip pada Senin (23/9/2019).
"Perayaan ini mengakui pentingnya bahasa isyarat untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan memenuhi janji tanpa meninggalkan siapa pun, juga menawarkan kesempatan untuk mendukung dan melindungi identitas linguistik dan keanekaragaman budaya semua pengguna bahasa isyarat," ujar António Guterres, Sekretaris Jenderal PBB di laman UN.
Selain itu, juga mewajibkan negara-negara untuk memfasilitasi pembelajaran bahasa isyarat dan mempromosikan identitas linguistik komunitas tuli.
Awal Mula Melestarikan Bahasa Isyarat
Majelis Umum PBB telah menyatakan 23 September sebagai Hari Bahasa Isyarat Sedunia untuk meningkatkan kesadaran akan pentinganya bahasa ini dalam perwujudan penuh hak asasi manusia dari orang-orang yang tuli.
23 September dipilih karena sekaligus memperingati tanggal WFD didirikan. Salah satu tujuan utama WFD adalah untuk melestarikan bahasa isyarat dan budaya tuli.
Seperti pada laman jagranjosh, Hari Bahasa Isyarat sedunia pertama dirayakan pada 2018 dengan tema 'With Sign Language, Everyone Included!' sebagai bagian dari Pekan Tuna Rungu Internasional, yang berlangsung pada 24-30 September.
Resolusi yang menetapkan hari itu mengakui, bahwa akses bahasa isyarat --termasuk pendidikannya-- sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan individu tuna rungu.
Perayaan ini mengakui pentingnya melestarikan bahasa isyarat sebagai bagian dari keanekaragaman bahasa dan budaya, dengan menekankan prinsip 'nothing about us without us' dalam hal bekerja dengan komunitas tuli.
Â
Reporter: Aqilah Ananda Purwanti
Advertisement