Liputan6.com, Jakarta - Matahari mungkin menjadi titik fokus tata surya makhluk hidup, namun para astronom masih berusaha memahami beberapa proses aneh yang terungkap pada bintang, termasuk bintik-bintik di matahari.
Setiap 11 tahunnya, sebuah bintik hitam akan muncul di permukaan matahari.
Baca Juga
Penelitian baru yang diterbitkan pada 19 September 2019 oleh jurnal Physics of Plamas, menunjukkan beberapa hal dari matahari yang tidak biasa yang terlihat oleh manusia melalui teleskop.
Advertisement
Dalam penelitian itu mengungkapkan, bahwa hal yang tak terlihat tersebut berada pada lapisan tipis yang terletak di bawah permukaan matahari.
Mengutip dari CNN pada Senin (23/9/2019), lapisan ini terdiri dari plasma, atau elektron yang mengambang bebas, serta fluks magnetik --pengukuran gaya medan magnet di area tertentu.
Benda-benda ini bekerja dengan kecepatan yang berbeda hingga menciptakan tikungan magnetik.
"Setiap 11 tahun, matahari menumbuhkan lapisan ini sampai terlalu besar untuk stabil dan lepas pada akhirnya," kata Thomas Jarboe, penulis penelitian dan profesor aeronautika dan astronotika di Universitas Washington.
Hal ini menyebabkan medan magnet terbalik dan membuat lapisan-lapisan terpapar bergerak ke arah yang berbeda.
Ketika arus mencapai kecepatan yang sama, bintik matahari muncul lebih banyak saat diamati. Lalu, jika arus berada pada kecepatan yang berbeda, bintik matahari lebih sedikit terlihat.
Para peneliti percaya ini adalah apa yang terjadi di saat ketika bintik matahari lebih sedikit diamati, yang disebut Maunder Minimum.
Berbagai Teori yang Ditemukan Ahli
Para ilmuwan sebelumnya memiliki pemahaman yang berbeda tentang bagaimana bintik matahari berasal.
"Ilmuwan-ilmuwan telah mengira bahwa bintik matahari dihasilkan pada 30% dari kedalaman matahari dan kemudian muncul dalam tali bengkok dari plasma yang muncul," kata Jarboe.
Dalam model baru ini, peneliti menduga bahwa bintik matahari terbentuk dalam 'supergranula' yang menghiasi lapisan tipis. Lapisan tipis diperkirakan berjarak antara 100 hingga 300 mil --yang tipis jika dibandingkan dengan diameter matahari 864.240 mil.
"Sunspot --bintik matahari-- adalah hal yang menakjubkan. Tidak ada apa-apa di sana, dan tiba-tiba, kamu melihatnya dalam sekejap," kata Jarboe.
Advertisement
Masih Diteliti Lebih Lanjut
Jarboe menggunakan reaktor spheromak --bola dengan mengandung plasma elektron yang dapat mengatur dirinya menjadi pola bintik matahari.
Pengamatan matahari sebelumnya telah menyarankan aktivitas serupa terjadi di sana. Jarboe percaya teorinya juga dapat menjelaskan struktur magnetik matahari."Selama 100 tahun, orang telah meneliti ini," ujar Jarboe.
"Banyak fitur yang kami lihat berada di bawah resolusi model, jadi kami hanya dapat menemukannya dalam perhitungan," tuturnya.
"Harapan saya adalah, para ilmuwan akan melihat data mereka dalam cara baru. Lalu untuk peneliti yang bekerja sepanjang hidup mempelajari lebih lanjut akan hal ini, dapat memahami apa arti semua itu," ungkap Jarboe.
Â
Reporter: Aqilah Ananda Purwanti