Liputan6.com, Klungkung - Sekelompok penyelam asal Thailand mengaku melihat seekor hiu putih besar (great white shark) di Crystal Bay, perairan lepas pantai Bali pada Jumat 20 September 2019 lalu.
Cerita itu diunggah ke media sosial oleh seorang ahli biologi kelautan Thailand, Thon Thamrongnawasawat, yang menyebut bahwa para penyelam itu adalah teman-temannya.
Baca Juga
Pada posting-an itu, dua penyelam Thailand, Cholladda Khalythong dan Sasi Chaoniyom, berniat menyelam untuk melihat mola-mola (ocean sunfish) di Crystal Bay, Klungkung.
Advertisement
"Kami menyelam selama 20 menit dan tidak melihat mola-mola, sampai bayangan raksasa mendekat," kata Cholladda.
"Awalnya, pemimpin selam mengira bahwa itu hiu paus (whale shark), tetapi setelah mendekat, itu ternyata hiu putih besar (great white shark)," lanjutnya seperti dikutip dari Asia One, Senin (23/9/2019).
Menurut Chollada, hiu putih besar itu panjangnya sekitar 4-5 meter dan terlihat di kedalaman 23 meter.
Simak video pilihan berikut:
Kejadian Langka
Ahli biologi kelautan Thailand, Thon Thamrongnawasawat, yang mengunggah cerita itu mengatakan, hiu putih besar adalah hewan laut langka yang hanya muncul di air dingin, sehingga penampilannya di Bali adalah kejutan besar bagi penyelam dan ahli biologi kelautan di seluruh dunia.
"Jarang tapi tidak sepenuhnya mustahil untuk melihat hiu putih besar di Bali, karena sebagian perairan Indonesia --yang hangat-- kadang memiliki aliran dingin dari kedalaman laut," katanya.
"Namun, sangat tidak mungkin kita akan menemukan hewan seperti itu di perairan Thailand, karena lautan kita sebagian besar hangat dan dangkal."
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Woods Hole Oceanographic Institution-University of Washington pada 2018 menyebut, hiu putih besar dilaporkan memiliki kecenderungan untuk berenang di perairan hangat dan cenderung menghabiskan lebih banyak waktu di dalamnya daripada yang diperkirakan sebelumnya --demikian seperti dikutip dari Atlanta News Now (AJC).
Secara mengejutkan, para ilmuwan menemukan bahwa hiu putih besar cenderung lebih menyukai daerah-daerah itu, seperti di Gulf Stream dan Atlantik Utara, menurut rilis berita dari University of Washington.
Studi baru dari universitas dan Woods Hole Oceanographic Institution melihat data pelacakan dari dua hiu betina dewasa dan menemukan bahwa mereka cenderung menghabiskan lebih banyak waktu daripada yang diperkirakan di dalam pusaran laut hangat yang dalam dan berputar perlahan.
"Pusaran ini ada di mana-mana; mereka menutupi 30 persen dari permukaan laut," penulis utama studi Peter Gaube, seorang ahli kelautan senior di Laboratorium Fisika Terapan University of Washington, mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Gaube mengatakan penting untuk mempelajari tentang hiu putih besar dan perilaku mereka.
"Kita (manusia) telah memusnahkan beberapa populasi hiu samudera terbuka hingga sepersekian dari 100 tahun yang lalu. Namun kita tidak tahu dasar-dasar biologi mereka," katanya.
"Jika kita tahu di mana hiu atau penyu atau paus itu berada di lautan terbuka, maka para nelayan dapat menghindarinya, dan membatasi tangkapan sampingan mereka."
Studi ini diterbitkan dalam Nature Scientific Reports pada bulan Mei 2018.
Advertisement