Liputan6.com, Jakarta - Benua bawah tanah yang berada jauh di perut Bumi mungkin terbentuk ketika samudera magma purba membeku di permukaan planet ini pada 4,5 miliar tahun lalu, menurut sebuah studi baru.
Temuan tersebut dirinci dalam sebuah kisah yang menarik di situs blog American Geophysical Union GeoSpace.
Seperti yang dijelaskan reporter Abigail Eisenstadt yang menulis laporan itu, para ilmuwan telah mengetahui keberadaan gumpalan batuan terkompresi yang panas sejak tahun 1970-an.
Advertisement
Gempa bumi merambat melalui sisa mantel dengan kecepatan penuh, tetapi menabrak 'gundukan' ketika getaran-getaran ini bergemuruh melewati batu-batu besar itu.
Baca Juga
Pola aktivitas seismik yang aneh tersebut membantu para ilmuwan menemukan benua di perbatasan mantel Bumi dan inti luar yang meleleh, tetapi mereka masih tidak tahu kapan atau bagaimana struktur itu muncul.
Beberapa peneliti berteori, serpihan kerak planet itu tenggelam ke mantel, terputus dan menggumpal seiring waktu, Geospace melaporkan, seperti dikutip dari Live Science, Selasa (24/9/2019).
Sekarang, analisis baru batuan vulkanik melukiskan gambaran yang berbeda: benua bawah tanah mungkin setua Bumi itu sendiri, dan kemungkinan ini selamat dari dampak guncangan yang pertama kali membentuk Bulan, penulis penelitian melaporkan pada 31 Juli dalam jurnal Geochemistry, Geophysics, Geosystems.
"Sungguh menakjubkan bahwa daerah-daerah ini selamat dari sebagian besar sejarah vulkanik Bumi yang relatif tidak tersentuh," ujar co-author studi Curtis Williams, ahli geologi di University of California kepada GeoSpace.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Punya Pola Zig-Zag
Williams dan rekan-rekannya mengumpulkan data baru dan data yang ada pada sampel geologi dari Hawaii, Islandia, Kepulauan Balleny di Antarktika dan daerah lain di mana gelembung batu panas keluar dari inti planet sampai ke permukaan.
Sampel menembus kerak sebagai lava dan mendingin menjadi batuan beku, menurut GeoSpace. Sampel yang lahir di interior planet ini membawa isotop kuno atau versi atom, seperti helium-3, yang ditempa selama Big Bang.
Aktivitas itu terbentuk karena paparan oksigen menghilangkan banyak bahan kimia tersebut dari batu yang terbentuk di dekat kerak Bumi.
Tim mengidentifikasi sampel yang membawa isotop primordial, dan kemudian mencoba untuk menelusuri kembali jalur batuan ke permukaan Bumi.
Di masa lalu, banyak model geologi mengasumsikan kolom-kolom batuan dari mantel --disebut mantel dalam-- yang naik ke permukaan dalam garis lurus teratur, GeoSpace melaporkan.
Namun, mantel-mantel ini telah diketahui memantul dan mengubah arah perjalanan mereka ke kerak. Para peneliti mengembangkan model yang mencatat sifat zig-zag mantel dalam, dengan demikian ilmuwan mampu melacak sampel tertentu ke benua bawah tanah.
"Ini adalah kerangka kerja yang lebih kuat untuk mencoba dan menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dalam hal tidak membuat asumsi-asumsi tentang materi yang naik secara vertikal tetapi lebih memperhitungkan berapa banyak lendutan yang terlihat oleh bulu-bulu ini," kata Williams kepada GeoSpace.
Dari sana, Williams dan timnya dapat menyimpulkan bahan yang membentuk gumpalan besar tersebut dan waktu terbentuknya mereka. Studi ini telah dipublikasikan di GeoSpace.
Advertisement