Liputan6.com, Turki - Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Ankara memperingati 70 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Turki di Hotel JW Marriot Ankara, Turki pada Sabtu 21 September 2019.
Tari Samansema turut dipertunjukkan dalam acara tersebut. LM Iqbal dan Agung Gunawan selaku koreografer mengaku terinspirasi dari dua tarian bernuansa mistis sufisme.
Baca Juga
Tari Samansema merupakan tarian gabungan dua negara, Tari Saman dari Aceh dan Tari Sema dari Turki. Tari tersebut berupaya untuk menceritakan proses sufisme turut mencerahkan dan membangkitkan sejarah dua negara tersebut.
Advertisement
Acara dihadiri oleh Ketua Parlemen Turki, Mustafa Sentop bersama dengan 500 orang lainnya yang berasal dari beragam kalangan. Mulai dari kalangan diplomatik, komunitas bisnis, hingga pejabat pemerintahan Turki.
Sambutan KBRI
Sekretaris II Sosial Budaya KBRI Ankara, Haviz Aprilian menyampaikan wejangan filosofis pada tarian Samansema yang ditampilkan.Â
"Pesan moral dari tarian ini adalah hubungan kedua negara di masa mendatang harus membawa dampak membangkitkan dan mencerahkan," kata Haviz.
"Hal tersebut untuk kemajuan kemajuan kedua bangsa," tutup Haviz dalam pesan yang disampaikan.
Advertisement
Kolaborasi Budaya Indonesia-Turki
Tari Samansema dipentaskan 16 penari dari sejumlah sanggar di Turki. Para penari tersebut telah mengikuti kursus Tari Musim Panas yang diadakan oleh KBRI Ankara pada lebih kurang satu bulan terakhir.
Sementara itu, alat musik Suling Sema dari Turki dan Rebab dari Indonesia juga turut menjadi bagian dalam kolaborasi yang dipertunjukkan.Â
Pada kesempatan tersebut juga diluncurkan logo peringatan yang dikomposisikan dari motif ukiran Bali dan motif ornamen khas Ottoman berupa bunga tulip.Â
Hubungan diplomatik Indonesia dengan Turki secara resmi dimulai sejak tahun 1950.Â
Namun, catatan sejarah menunjukkan bahwa berbagai kesultanan di Indonesia, baik di Jawa maupun Sumatera, sudah memiliki interaksi dengan kesultanan Ottoman/Usmaniyah sejak abad ke-15.Â
Jejak interaksi tersebut salah satunya terlihat dari berbagai praktek sufisme yang masih tumbuh subur di Indonesia dan di Turki hingga dewasa ini.
Â
Reporter: Hugo Dimas