Sukses

Taiwan Gandeng Indonesia Kembangkan Bisnis Daur Ulang Sampah Plastik di Laut

Taipei Economic and Trade Office (TETO) menyelenggarakan seminar terkait sampah plastik di laut, yang hingga kini masih jadi persoalan di Asia Tenggara.

Liputan6.com, Jakarta - Taiwan di bawah kerangka 'Kebijakan Baru ke Arah Selatan', akan bekerjasama dengan Indonesia untuk menjaga lingkungan ekologi laut. Kedua negara bergandeng tangan untuk mengembangkan peluang bisnis baru yaitu ekonomi daur ulang.

"Sampah memang menjadi permasalahan serius di dunia, khususnya pada kasus sampah plastik yang ada di lautan." ujar Wakil Kepala TETO, Peter Lan dalam seminar 'Limbah Plastik dan Ekonomi Daur Ulang' yang digagas bersama Centre for South East Asian Studies (CSEAS), pada Kamis (26/9/2019).

"Maka dari itu, Taipei Economic and Trade Office (TETO) memiliki kesempatan untuk bekerjasama dengan Asia Tenggara dalam menanganinya," imbuh Peter Lan.

Dalam seminar ini, dibahas kebijakan sampah plastik laut dan visi kerjasama serta pengembangan terkait dengan kebijakan limbah plastik laut.

2 dari 3 halaman

Dampak Serius

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo dalam konferensi 'Our Ocean Confrence' ke-5 di Bali pada 28 Oktober 2018, menekankan bahwa sebagai negara maritam, Indonesia memiliki wilayah laut yang lebih lias daripada daratan.

Sayangnya, dalam beberapa tahun terakhir akibat perubahan iklim, polusi air dan limbah plastik serta perusakan terumbu karang memburuk dengan cepat.

Brahmantya Satyamurti Poerwadi, Kemeneterian Kelautan dan Perikanan mengatakan, sampah plastik sudah banyak di lautan. "Sekitar 9 juta Indonesia memproduksi plastik dan kini berada di lautan. Seperti plastik botol, sedotan dan lainnya." katanya di acara seminar tersebut.

Ia juga mengatakan, hal ini yang menyebabkan hewan-hewat di laut yang banyak mati lantaran memakan atau terjerat dari sampah plastik.

Terumbu karang yang berada di perairan wilayah Asia Pasifik juga tertutup oleh sampah plastik.

3 dari 3 halaman

Harapan TETO Bekerjasama dengan Indonesia

Kerjasama antar negara dan perusahaan internasional merupakan hal yang sangat pentiing untuk mengurangi kejadian seperti ini, menurut Brahmantya.

Seperti beberapa industri yang berada di Taiwan dan Jepang yang dapat bekerjasama mengontrol sampah plastik yang berada di laut.

Seperti Taiwan yang sudah mengelola dengan baik mengenai kelautan, polusi udara dengan teknologi yang dimiliki. Peter Lan juga mengharapkan adanya kerjasama dengan Indonesia.

"Kami menunggu kerjasama ini dengan Indonesia. Kami memliki teknologi yang dapat melihat polusi laut dan polusi udara,"ujar Peter Lan.

Indonesia kini tercatat sebagai penyumbang sampah plastik terbanyak ke-2 di dunia. Sementara itu, pemerintah Indonesia telah berupaya untuk melakukan penurunan sampah plastik sampai 70% di Indonesia pada 2025.

 

Reporter: Aqilah Ananda Purwanti

Video Terkini