Sukses

Perkuat Kerja Sama Ekonomi, Menlu Retno Teken MoU dengan Mitra Non-Tradisional

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi masih berada di Sidang Umum PBB, New York, guna membahas banyak isu.

Liputan6.com, New York - Pada hari keempat di sela-sela jadwal pertemuan Sidang Majelis Umum PBB ke-74 di New York, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi bertemu dengan delapan perwakilan negara sahabat.

"Hari ini, saya kembali gelar pertemuan bilateral tingkat menteri dengan delapan negara, yaitu dengan Armenia, Belanda, Guinea Equatorial, Qatar, Maroko, PNG, Kyrgistan, dan Hungaria," kata Menlu Retno dalam keterangan resmi yang diterima Liputan6.com pada Jumat, 28 September 2019.

Ia menjelaskan agenda utama dalam kegiatan tersebut masih berkaitan dengan penguatan kerja sama ekonomi, utamanya dengan negara-negara mintra non-tradisional dan mendorong terbentuknya mekanisme kerja sama yang reguler. Contohnya saja Belanda.

"Pertemuan saya dengan Belanda pada kesempatan ini adalah untuk menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) mengenai Joint Production on Sustainble Palm Oil," imbuhnya.

Sedangkan pihak yang mewakili pemerintah Kerajaan Belanda dalam pendandatangan tersebut adalah Menteri Perdagangan Luar Negeri dan Kerja Sama Pembangunan, Sigrid Kaag.

Kerja sama ini ditujukan untuk mendukung upaya penguatan kapasitas petani sawit skala kecil Indonesia, khususnya dalam memenuhi sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil System (ISPO).

Kemitraan program yang diatur pada kesepakatan itu antara lain mendorong produktivitas kelapa sawit berkelanjutan dan upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Diharapkan pula akan semakin meningkatkan kesejahteraan petani sawit di Tanah Air.

Sebagai importir sawit terbesar dari Uni Eropa, Belanda memandang positif penandatanganan ini dan menghargai komitmen Indonesia dalam upaya-upaya peningkatan produksi minyak sawit berkelanjutan.

Belanda mengakui pula nilai ekonomis tinggi sawit Indonesia serta kontribusinya bagi upaya peningkatan kesejahteraan petani skala kecil Indonesia.

 

2 dari 3 halaman

Perdagangan Sektor Non-Migas

Sementara pada pertemuan dengan Guinea Equatorial, Menlu Retno angkat dua agenda utama, yaitu tindak lanjut pertemuan Indonesia-Africa Infrastructure Dialogue --yang sebelumnya dihelat pada 20-21 Agustus 2019-- guna mendorong kerja sama minyak dan gas, infrastruktur dan produk industri strategis Indonesia ke Guinea Ekuatorial.

Ada pula penguatan kerja sama perdagangan sektor non-migas melalui pembentukan PTA RI-CEMAC. Pada kesempatan itu, Menlu Retno dan Menlu Guine Equatorial juga melakukan penandatanganan MoU mengenai pembentukan Forum Konsultasi Bilateral.

Melalui MoU tersebut, kedua negara sepakat untuk secara reguler lakukan konsultasi mengenai isu-isu yang menjadi kepentingan bersama.

Terkait pertemuan dengan negara-negara Eurasia, Armenia dan Kyrgyzstan, Menlu Retno menyampaikan bahwa meskipun negara-negara tersebut jauh secara geografis, namun kawasan itu cukup menjanjikan bagi produk-produk Indonesia.

Oleh karena itu Indonesia mendorong pembentukan Free Trade Agreement RI – Eurasia yang terdiri dari Rusia, Belarus, Armenia, Kazakhstan dan Kyrgystan, mencakup pasar 183 juta orang.

 

3 dari 3 halaman

Mendorong Perdamaian di Afghanistan

Dengan Maroko, Menlu Retno juga mendorong agar dapat dibentuk free trade agreement (FTA) dan meminta dukungan Maroko untuk membantu BUMN Indonesia, seperti PT WIKA, untuk berpartisipasi pada proyek infrastruktur, perumahan, dan pembangunan rel kereta api di Maroko.

Sementara itu dengan Menlu Qatar, Menlu Retno membahas upaya bersama dalam mendorong perdamaian di Afghanistan. Sebagaiamana diketahui, Qatar memiliki peran penting dalam dialog intera Afghanistan untuk mendorong perdamaian di Afghanistan.

Mengakhiri rangkaian pertemuan bilateral di hari keempat, Menlu RI bertemu dengan Menlu Hungaria guna lakukan penandatanganan MoU mengenai pemberian beasiswa untuk pendidikan tinggi dari Hungaria kepada 100 mahasiswa Indonesia untuk tahun 2020 – 2022.