Liputan6.com, Hong Kong - Jurnalis Indonesia yang matanya tertembak peluru karet saat meliput demonstrasi Hong Kong, dilaporkan mengalami buta permanen.
Veby Mega Indah dari surat kabar berbahasa Indonesia, Suara Hong Kong sedang meliput protes di wilayah China pada Minggu 29 September 2019 ketika peluru itu mengenai kacamata pelindung yang dikenakannya, kata pengacaranya, seperti dikutip dari BBC, Kamis (3/10/2019).
Video insiden hari Minggu menunjukkan peluru karet ditembakkan ke sekelompok pengunjuk rasa dan jurnalis di atas jembatan penyeberangan di daerah Wan Chai kota.
Advertisement
Sebuah peluru mengenai kaca mata Veby dari jarak 12 meter, melukai kedua matanya, kata pengacara Michael Vidler.
Dia dibawa ke rumah sakit di mana, pada Rabu 2 Oktober, dokter mengonfirmasi bahwa dia akan secara permanen buta di satu mata.
Saat kejadian, Veby mengenakan rompi visibilitas tinggi dan helm bertanda "pers".
Veby sempat terdengar mengatakan, "jangan tembak, kami wartawan" sebelum dia ditembak, kata wartawan lain pada saat kejadian.
Mengonfirmasi bahwa jurnalis itu terluka, Konsulat Jenderal Indonesia di Hong Kong mendesak warganya untuk menghindari Wan Chai dan daerah-daerah lain yang mungkin akan dilanda kerusuhan.
Di sisi lain, Anis Hidayah, direktur organisasi non-pemerintah Migran Care, mengatakan pemerintah Hong Kong harus bertanggung jawab atas insiden tersebut.
"Pemerintah Indonesia melalui Konsulat Jenderal di Hong Kong harus mengambil tindakan cepat untuk menyelidiki ini," katanya kepada The Jakarta Post.
Pada hari Rabu, demonstran di Hong Kong mengadakan demonstrasi kembali untuk memprotes apa yang mereka katakan adalah penggunaan kekuatan polisi yang berlebihan.
Simak video pilihan berikut:
180 Orang Ditangkap, Hong Kong Bersiap Demo Lanjutan Usai HUT ke-70 China
Hong Kong mulai berbenah dan bersiap diri akibat kerusakan yang meluas dari demonstrasi dan kerusuhan pada Rabu (2/10/2019). Hal tersebut terjadi setelah seruan protes yang lebih banyak serta bentrokan susulan yang terjadi dalam hampir empat bulan kerusuhan anti-pemerintah.
Imbas kerusuhan Selasa 1 Oktober lalu tak hanya itu. Keadaan semakin keruh karena penangkapan lebih dari 180 orang pengunjuk rasa. Serta, kejadian aparat kepolisian Hong Kong menembak salah seorang demonstran.
Kerusuhan bertepatan dengan peringatan perayaan di Beijing, menandai 70 tahun berdirinya Republik Rakyat China.
Belakangan, protes anti-pemerintah berubah menjadi kekerasan yang berlanjut. Bentrokan yang terjadi seperti halnya pertempuran kucing dan tikus yang intens, seperti dilansir channelnewsasia.com.
Advertisement