Liputan6.com, Taipei - Taiwan International Ports Corporation Ltd. (TIPC), perusahaan perkapalan milik negara yang mengoperasikan pelabuhan, menyatakan akan memberikan kompensasi sebesar 5 juta dolar Taiwan atau sekitar Rp 2 miliar kepada keluarga masing-masing nelayan migran yang meninggal akibat insiden jembatan ambruk.
"Perahu mereka hancur di bawah jembatan yang runtuh di Yilan County," kata seorang pejabat TIPC hari Rabu yang dikutip dari Focus Taiwan, Kamis (3/10/2019).
Advertisement
Baca Juga
Jembatan di atas pintu masuk ke Pelabuhan Nanfang'ao tiba-tiba ambruk sekitar pukul 09.30 pagi pada Selasa 1 Oktober, menghancurkan tiga perahu nelayan.
"Keluarga dari masing-masing nelayan migran yang telah meninggal diperkirakan akan menerima NT $ 5 juta sebagai kompensasi, sementara 10 yang terluka - termasuk sembilan nelayan migran dan satu pengemudi Taiwan-- akan menerima antara NT $ 10.000 berkisar Rp 4,5Â juta dan NT $ 36.000 atau sekitar Rp 16 juta," papar Kepala Sekretaris TIPCÂ Lin Chien-ming.
Menurut Manila Economic and Cultural Office (MECO), beberapa korban tragedi jembatan ambruk itu memiliki kerabat yang bekerja di Taiwan, sehingga beberapa anggota keluarga mereka ada di tempat kejadian, di Yilan.
Keluarga juga akan menerima bantuan keuangan dan penguburan dari pemerintah Filipina, dan MECO akan membantu dalam pemulangan jenazah mereka.
Sementara itu, perwakilan Indonesia untuk Taiwan, Didi Sumedi selaku Kepala Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia di Taipei mengatakan kepada CNA bahwa pihaknya masih berusaha melakukan kontak dengan keluarga terdampak dan menawarkan bantuan.
Â
* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp 5 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com di tautan ini.
Saksikan video pilihan di bawah ini:Â
Lima Jasad Ditemukan
Media Focus Taiwan menyebut, pihak berwenang setepat telah menemukan lima jasad nelayan migran -- tiga diidentifikasi WNI dan dua dari Filipina.
"Para korban diidentifikasi sebagai Wartono dari Indonesia berusia 29 tahun, Andree Serencio dari Filipina berumur 44 tahun, Ersona warga Indonesia berusia 32 tahun, George Impang asal Filipina usia 46 tahun, dan Mohamad Domiri dari Indonesia dengan usia 28 tahun," menurut Yilan Emergency Operation Center.
Menurut Yilan Emergency Operation Center, nelayan migran terakhir yang masih hilang adalah warga Filipina berusia 29 tahun bernama Romulo Escalicas.
Tseng Yen-pu, perwakilan dari agen tenaga kerja Sang Yi International Co., Ltd., broker untuk para nelayan di Taiwan, mengatakan mereka tidak dilindungi oleh asuransi kecelakaan kelompok.
Sementara itu, ditanya tentang langkah-langkah responsnya setelah insiden itu, MECO mengatakan kepada media CNA bahwa prioritas utamanya adalah menemukan orang Filipina yang hilang.
Advertisement
Penyebab Ambruk Masih Diselidiki
Hingga saat ini belum diketahui pasti penyebab jembatan yang dibangun tahun 1998 dan membentang di pelabuhan kecil tersebut runtuh.
Sebelumnya, Taiwan diguncang topan pada Senin malam 30 September, yang membawa hujan lebat serta angin kencang ke beberapa bagian pantai timur wilayah. Namun, pada saat jembatan runtuh, cuaca baik-baik saja.Â
Taiwan memiliki industri perikanan yang besar, dan mayoritas pekerjanya adalah imigran bergaji rendah dari negara-negara seperti Filipina, Indonesia, dan Vietnam.Â
Menteri Transportasi Lin Chia-lung mengatakan Jaksa penuntut telah meluncurkan penyelidikan tentang penyebab insiden itu.Â
Ia juga menambahkan bahwa jembatan itu masih dalam umur 50 tahun yang diperkirakan masih (layak pakai).Â
"Kondisi cuaca terkini, gempa bumi dan penilaian jembatan sebelumnya akan dipertimbangkan. Kami akan sepenuhnya bekerja sama dengan penyelidikan," ucap Menteri Transportasi Taiwan.