Sukses

Luapan Amarah Donald Trump Soal Pemakzulan dari Kursi Presiden AS

Upaya pemakzulan yang dilakukan oleh Demokrat terhadap Trump ternyata memicu amarah Presiden A.S tersebut.

Liputan6.com, Amerika Serikat - Upaya pemakzulan Donald Trump dari kursi presiden Amerika Serikat memicu amarahnya terhadap Partai Demokrat. Amarah Trump mulai terpicu pada Rabu 25 September saat sidang penyelidikan pemakzulannya dimulai.

Upaya pemakzulan dilakukan terkait dengan obrolan telepon Donald Trump pada 25 Juli dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy. Dalam penyelidikan pemakzulan itu Partai Demokrat akan membuktikan dugaan adanya kepentingan politik pribadi Trump untuk menjatuhkan mantan Wakil Presiden AS Joe Biden dalam Pilpres AS 2020.

Trump menilai usaha pemakzulan dirinya merupakan tindak lanjut dari penyelidikan Rusia yang gagal menjatuhkannya dan kekecewaan terhadap banyaknya media AS yang tidak meliput pandangannya terhadap kemunafikan yang terjadi di Demokrat.

Trump awalnya meluapkan emosi melalui cuitan di akun Twitter pribadi miliknya hingga memarahi wartawan yang diundangnya ke Gedung Putih. 

"Demokrat yang tidak mengerjakan apapun seharusnya lebih fokus dalam pembangunan negara, bukannya menghabiskan waktu dan energi orang lain terhadap omong kosong, itulah yang mereka lakukan sejak saya terpilih di 2016," tulisnya di Twitter.

Di Kantor Oval dalam Gedung Putih, Trump menyebut Adam Schiff, selaku U.S. Representatif sebagai "shifty Schiff" yang artinya "Schiff yang licik."

"Yang mereka inginkan hanyalah mencoba untuk memenangkan pemilihan pada 2020, maka mereka memiliki ide tentang pemakzulan yang tidak masuk akal" ujar Trump.

Demokrat menuntut Trump dalam dugaannya menekan kepentingan sekutu negara di pemilihan 2020 untuk kepentingan politik pribadi.

 

* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp 5 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com di tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:

2 dari 2 halaman

Ungkapan Amarah Trump

Pada sebuah pertemuan di Helsinki pada Juli 2018, dalam momen mengunjungi Presiden Finlandia, Sauli Niinisto yang turut dihadiri Presiden Rusia, Vladimir Putin, kemarahan Trump meluap.

Setelah pemimpin negara tersebut selesai menikmati makan siang, ruangan bagian timur diatur menjadi ruangan untuk melakukan konferensi pers. 

Secara tiba-tiba, Trump mengatakan keprihatinannya terkait serangan kepada Finlandia, dan Niinisto berbicara mengenai pertahanan Eropa dan es di laut Arktik yang meleleh. Namun kemudian pertanyaan yang diajukan mengacu ke topik lain yaitu soal pemakzulan Trump, dan seketika emosinya meluap.

Dengan nada yang penuh dengan kemarahan, Trump mengatakan kepada reporter media asing, Reuters bernama Jeff Mason yang bertanya perihal apa yang ia harapkan dari Zelenskiy saat Trump menjalin bisnis dengan Ukraina melalui Biden Hunter.

"Itu semua adalah berita palsu, dan Anda tahu siapa yang menyebarkannya? Orang-orang seperti Anda dan media berita palsu yang ada di negara ini," jawabnya. Ia mengatakan kepada reporter tersebut untuk bersikap sopan dan menghindari pernyataan seperti itu. 

Pada konferensi pers tersebut, dalam rencananya meliput dua pertanyaan dari sisi Amerika dan dua lainnya dari sisi Finlandia. Namun setelah pertanyaan itu, Trump menyudahi acara dan meninggalkan tempat.Â