Sukses

Lagi, Wabah Ebola Kembali Menyerang Republik Demokratik Kongo

Wabah Ebola dilaporkan kembali merebak di Republik Demokratik untuk kesekian kalinya.

Liputan6.com, Kinshasa - Wabah Ebola dilaporkan kembali merebak dengan cepat di beberapa negara Afrika, khususnya di Republik Demokratik Kongo, demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia, Jumat, 4 Oktober 2019.

Menteri kesehatan Amerika Serikat, Alex Azar, baru saja berkunjung ke negara yang terletak di perbatasan timur laut Kongo. Ini adalah perjalanan yang tidak mudah dan jarang dilakukan oleh orang Barat, karena harus melewati hutan lebat, gunung berapi dan jalan panjang yang berdebu ke Desa Butembo.

Ketika sampai di sana, sepatu dan tangan harus disemprot dengan cairan anti-hama. Selain itu, semua orang yang masuk ke dusun tersebut wajib diperiksa suhu tubuh mereka, demam atau tidak.

Ini adalah kunjungan perdana Azar ke pusat pengobatan Ebola di Butembo, garis terdepan untuk melawan virus yang sangat mematikan itu.

Ia mengatakan, "Kondisinya sangat tragis, khususnya ketika melihat begitu banyak anak-anak yang terkena Ebola. Saya berharap semuanya akan bisa diatasi."

Perebakan virus Ebola dimulai pada tahun lalu dan kini menjadi wabah terburuk sepanjang masa, karena mengakibatkan lebih dari 3.000 orang terinfeksi.  Jumlah korban meninggal dilaporkan mencapai lebih dari 2.000 orang.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Ada Harapan Baru

Namun, kini ada sedikit harapan dengan dikembangkannya dua obat baru yang dibuat dengan campuran darah seorang pasien yang kebal terhadap Ebola.

Kata dr Anthony Fauci, pakar di lembaga nasional penyakit menular dan alergi, "Kalau dikatakan sudah ada pengobatan untuk Ebola, timbul kesan bahwa semua orang yang terkena akan bisa disembuhkan. Tapi soalnya, ada orang-orang yang penyakitnya sudah terlalu parah dan tidak bisa tertolong oleh obat itu."

"Kalau pasien bisa diobati lebih dini, ada kemungkinan berkurangnya tingkat kematian karena Ebola," lanjutnya.

Masalah lain yang mempergawat perebakan Ebola adalah keamanan, karena ada lebih dari 100 kelompok bersenjata yang berebutan kekuasaan di kawasan Kongo timur.

Kata asisten direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Soce Fall, melindungi para pekerja kesehatan adalah pekerjaan penuh waktu.

"Ada ribuan gangguan keamanan, dan tiap kali hal itu terjadi, virus Ebola akan terus merebak. Kita harus bisa mencari orang-orang yang terkena virus ini, tapi usaha itu makan banyak waktu dan energi,” ujarnya.

Pemerintah Amerika sendiri telah menggunakan dana lebih dari US$ 300 juta untuk mengembangkan vaksin anti-Ebola di Afrika.

  • Ebola merupakan penyakit yang menyerang manusia, monyet, simpanse, gorila, dan primata lain yang disebabkan oleh virus Ebola.

    Ebola

  • kongo