Liputan6.com, Tokyo - Topan Hagibis dilaporkan semakin menguat di Pasifik selatan Jepang. Diperkirakan badai ini akan menghantam pulau-pulau utama Negeri Matahari Terbit seperti Kyushu, Shikoku dan Honshu selama tiga hari pada akhir pekan ini, kata Meteorological Agency.
Pada Selasa, 8 Oktober 2019, badan meteorologi tersebut mengumumkan kepada masyarakat agar waspada dan bersiap untuk mengantisipasi topan musim ke-19 itu.
Advertisement
Baca Juga
Sejak Selasa pagi kemarin, Hagibis sudah bergerak di Kepulauan Mariana di jalur barat-baratlaut. Topan ini diprediksi akan berbelok ke utara dan mendekati daerah di sekitar Kepulauan Daito di Prefektur Okinawa pada Jumat (11/10/2019).
Hagibis mungkin juga menuju ke Kyushu, Shikoku dan Honshu, menerpa daerah-daerah ini sejak Sabtu (12/10/2019) hingga Minggu (13/10/2019), demikian seperti dikutip dari Japan Times, Rabu (9/10/2019).
Selain itu, dampak dari Hagibis mungkin menyebabkan gelombang tinggi di Okinawa serta Kepulauan Ogasawara di selatan Tokyo pada pertengahan pekan ini, dan di pantai Pasifik Honshu pada Jumat.
Ada juga risiko angin kencang dan hujan lebat mulai Sabtu di berbagai daerah di Jepang, mulai dari bagian barat hingga utara.
Bulan lalu, dua topan menimbulkan kekacauan di Jepang. Topan Faxai menghantam Tokyo dan menyebabkan pemadaman listrik besar-besaran di Prefektur Chiba, sementara Topan Tapah membawa hujan lebat dan menyebabkan tornado di Kyushu.
Topan Super
Pejabat cuaca Jepang memperingatkan bahwa topan dapat mendekati wilayah yang luas dari barat ke utara Jepang pada akhir pekan.
Angin akan tumbuh kuat di Kepulauan Ogasawara pada hari ini waktu setempat, dan ombak lautan akan menjadi sangat besar pada Kamis besok.
Kondisi laut serupa juga diperkirakan terjadi di Daitojima di Prefektur Okinawa dan Amami di Prefektur Kagoshima mulai Kamis. Gelombang laut bakal meninggi di sepanjang pantai Pasifik Jepang timur dan barat mulai Jumat.
Meteorological Agency mengatakan, Hagibis berkembang pesat dalam 24 jam menjadi topan super. Selain itu, tekanan atmosfer Hagibis turun 77 hectopascal dari Minggu hingga Senin mendatang.
Profesor Kazuhisa Tsuboki dari Nagoya University menyebut jarang terjadi badai akibat topan dalam waktu sehari. Penurunan sekitar 40 hectopascal dalam waktu 24 jam dikatakan sebagai perkembangan yang cepat, sebuah fenomena khas topan yang kuat.
Dia mengaitkan perkembangan ini dengan suhu air laut yang tinggi di daerah-daerah yang dilalui topan.
"Hagibis dapat mempertahankan kekuatannya saat mendekati Jepang, karena air laut di sekitar daerah itu lebih hangat daripada rata-rata," ujarnya, dikutip dari kantor berita NHK.
Advertisement
Kata NASA
Menurut situs web resmi NASA, dalam waktu kurang dari sehari, antara 6-7 Oktober 2019, kecepatan angin meningkat 100 mil per jam ketika Hagibis tumbuh dari badai tropis menjadi topan kategori 5.
Pukul 13.25 waktu Jepang (20.30 WIB) pada 8 Oktober 2019, Visometer Infrared Imaging Radiometer Suite (VIIRS) pada satelit NOAA-NASA Suomi NPP memperoleh citra warna alami Hagibis di dekat Kepulauan Mariana.
Embusan angin menjadi 250 kilometer (155 mil) per jam, membuatnya setara dengan badai kategori 4 pada skala angin Saffir-Simpson.
Menurut laporan berita, pusat badai melewati sebuah pulau tak berpenghuni di Marianas, tetapi angin kencang dapat terus mengancam pulau-pulau di wilayah itu, bahkan ketika badai bergerak menjauh.
Prakiraan menunjukkan badai berangsur-angsur melemah sepanjang pekan depan saat bergerak ke utara menuju Jepang.