Liputan6.com, California - Pilot Southwest Airlines menggugat Boeing pada Senin, 7 Oktober 2019, sebesar US$ 100 juta atau Rp 1 triliun karena merasa dirugikan, setelah perusahaan tersebut mengandangkan 737 MAX pasca-dua kecelakaan besar yang melibatkan dua varian pesawat ini.
Dalam pengaduan yang diajukan ke Pengadilan Distrik Dallas, Texas, Asosiasi Pilot Southwest Airlines (SWAPA) menuduh Boeing "sengaja menyesatkan" pesawat induk dan pilotnya mengenai kelaikan pesawat 737 MAX.
Akibat dua tragedi itu, semua Boeing 737 MAX yang ada di seluruh dunia harus dikandangkan. Hal ini membuat ditiadakannya sekitar 30.000 penerbangan Southwest Airlines ke segala rute hingga akhir 2019.
Advertisement
Baca Juga
Penghapusan jadwal tersebut dikatakan setara dengan kerugian lebih dari US$ 100 juta atau Rp 1 triliun untuk pilot pesawat induk.
"Boeing seharusnya punya waktu untuk mengembalikan MAX dengan aman," kata Presiden SWAPA, Kapten Jonathan L. Weaks seperti dikutip dari UPI.com, Rabu (9/10/2019).
"Pilot-pilot seharusnya tidak dirugikan secara finansial dan bisa terus berkembang, ini semua karena akibat kelalaian Boeing."
SWAPA, yang mewakili sekitar 9.700 pilot, mengatakan dalam gugatannya bahwa pilot kehilangan jutaan upah lantaran perwakilan Boeing tidak becus untuk mensosialisasikan tentang 737 MAX yang aman, layak terbang, dan sama seperti model-model sebelumnya dari pesawat terlaris Boeing.
"Boeing membuat keputusan yang terlalu cepat dengan mengandangkan MAX 737, yang kami kira hanya untuk mengamankan pangsa pasar mereka dan memprioritaskan garis bawahnya saja," kata SWAPA dalam komplain mereka.
"Boeing mengabaikan praktik desain dan rekayasa suara, menyembunyikan informasi penting keselamatan dari regulator dan sengaja menyesatkan pelanggan, pilot, dan publik tentang ruang lingkup sebenarnya dari perubahan desain pada 737 MAX."
Boeing menyebut gugatan itu "tidak pantas" dan mereka akan tetap mempertahankan apa yang mereka yakini benar.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Boeing Pertimbangkan Setop Produksi 737 MAX
Boeing dilaporkan tengah mempertimbangkan untuk menghentikan produksi varian pesawat 737 MAX, jika banyak maskapai dan regulator aviasi masih mengandangkan (grounded) armada tersebut.
Perusahaan aviasi asal Amerika Serikat itu melaporkan kerugian kuartal terbesarnya sebesar US$ 3,4 miliar pada Rabu 24 Juli 2019 akibat kebijakan penangguhan.
Jika penangguhan di seluruh dunia berlanjut, Boeing mengatakan akan mempertimbangkan untuk mengurangi atau menghentikan produksi 737 MAX sepenuhnya, demikian seperti dikutip dari BBC, Kamis, 25 Juli 2019.
Akan tetapi, bos Boeing, Dennis Muilenburg yakin pesawat akan kembali mengudara pada Oktober.
"Ketika upaya untuk mendukung penerbangan kembali secara aman 737 MAX terus berlanjut, kami akan terus menilai rencana produksi kami," kata Muilenburg.
Ia hanya akan mempertimbangkan untuk mengurangi atau menghentikan produksi 737 MAX hanya jika penangguhan terus berlanjut.
Seluruh armada kapal utama Boeing 737 MAX dikandangkan sejak Maret 2019 setelah kecelakaan penerbangan Ethiopian Airlines yang menewaskan 157 orang.
Lima bulan sebelumnya, 189 orang tewas dalam kecelakaan Lion Air.
Kedua tragedi nahas tersebut sama-sama berpesawat Boeing 737 MAX. Regulator penerbangan AS (FAA) kemudian mengeluarkan regulasi penangguhan kepada pesawat yang disebut oleh Boeing sebagai varian terbaru dari 737-nya.
Advertisement