Sukses

Kritik Pemerintah, Seorang Mahasiswa Bangladesh Tewas Dibunuh

Seorang mahasiswa tewas dibunuh karena komentar kriik terhadap pemerintah di sosial media.

Liputan6.com, Dhaka - Seorang mahasiswa dari Bangladesh University of Engineering and Technology (BUET), Dhaka bernama Abrar Fahad (21) ditemukan tewas di asramanya, beberapa hari setelah ia mengkritik pemerintah lewat komentar yang ia unggah.

Beberapa mahasiswa yang merupakan anggota dari Awami League dikaitkan dengan kasus kematian tersebut. 

Bangladesh Chhatra League (BCL), yang merupakan bagian dari Awami League, telah terlibat dalam beberapa kasus terkait kekerasan dam pemukulan terhadap mahasiswa. Mengingat pada tahun 2018, aktivis BCL juga terlibat dalam proses pemukulan dalam aksi unjuk rasa.

Dilansir dari BBC, Rabu (9/10/2019), setelah menelaah rekaman CCTV, pihak kepolisian mengatakan bahwa penyelidik mengidentifikasi sembilan orang keluar dari asrama Fahad. Setidaknya, lima orang di antaranya merupakan aktivis BCL. 

Wakil Komisaris Polisi Dhaka Munstasirul Islam telah mengonfirmasi kematian mahasiswa tersebut. 

Menurut salah satu media lokal, anggota BCL melakukan investigasi serta pemukulan terhadap Abrar Fahad mengenai sebuah partai Islam. Hal tersebut terkait tulisannya di media sosial yang mengkritik pemerintah tentang masalah perjanjian berbagi air dengan India. 

Pada Selasa, 8 Oktober 2019, polisi menangkap 13 orang tersangka dan semuanya merupakan mahasiswa BUET. Enam orang tersangka lainnya masih dalam proses pencarian.

Pemerintah Bangladesh telah berjanji untuk bertanggung jawab atas kematian mahasiswa tersebut.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Kematian Abrar Fahad Menuai Protes

Setelah kasus tersebut terkuak, para mahasiswa di Dhaka melakukan unjuk rasa untuk membela keadilan bagi Abrar Fahad. Aksi protes yang berlangsung selama dua hari, terus meminta hukuman mati bagi para tersangka. Sejumlah alumni dan dosen juga turut serta dalam aksi demonstrasi tersebut.

Dilansir dari bdnews24.com, "Hal ini jelas tidak bisa diterima, bahwa seorang mahasiswa meninggal karena kekerasan," ujar AKM Masud, ketua Asosiasi Pengajar BUET. 

Ia juga menambahkan bahwa kematian Abrar Fahad merupakan bukti bahwa pihak berwenang gagal dalam menjamin keamanan mahasiswa. 

Â